Bisnis.com, JAKARTA— Platform financial technology peer to peer (fintech P2P) lending PT Investree Radhika Jaya (Investree) mencatatkan tingkat kredit macet atau TWP90 di atas 5%.
Dikutip dari laman resminya, Selasa (28/11/2023) tingkat TWP90 platform tepatnya mencapai 8,55%. Sementara tingkat keberhasilan penyelenggara Investree dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjam meminjam dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari terhitung sejak jatuh tempo mencapai 91,45%.
Co-Founder & President Director/CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan bahwa tingkat keberhasilan kredit cenderung rendah pada awal hingga pertengahan bulan. Hal tersebut menyebabkan angka kredit macetnya juga tinggi.
“Pada awal hingga pertengahan bulan, merupakan sebuah kewajaran jika angka TKB90 cenderung rendah karena pengembalian pinjaman oleh borrower rata-rata baru dilakukan pada akhir bulan,” kata Adrian kepada Bisnis, Selasa (18/11/2023).
Adrian mengatakan tren TKB90 Investree biasanya naik pada akhir bulan seiring dengan banyaknya pengembalian pinjaman oleh debitur.
Dia menyimpulkan cara melihat tingkat keberhasilan pinjam meminjam tidak bisa mengacu pada bulan berjalan, harus melihat posisi akhir atau penutupan akhir bulan karena masih akan ada pencairan pinjaman, pembayaran pinjaman, dan lain sebagainya. “Angka itulah yang kita laporkan ke Otoritas Jasa Keuangan,” katanya.
Adrian mengatakan pihaknya juga terus berusaha untuk menekan tingkat kredit macet dan mempertahankan kualitas kelas asetnya. Strateginya dengan terus memperkuat dukungan perusahaan terhadap pertumbuhan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui inovasi, kolaborasi, dan pembangunan ekosistem.
Dia mengatakan kerja sama yang telah pihaknya lakukan antara lain dengan e-procurement, payment gateway, tech logistic, agrotech, dan koperasi.
“Di situ, Investree akan memperluas jangkauan pembiayaan dengan memanfaatkan data dan digitalisasi. Secara spesifik, Investree melakukan pengetatan kebijakan dalam hal pemilihan sektor dan berfokus menyalurkan pembiayaan kepada sektor-sektor yang produktif dan positif seperti alat-alat kesehatan, IT atau layanan komputer, dan kreatif seperti agency atau rumah produksi,” paparnya.
Tidak hanya itu, Adrian mengatakan Investree juga mengoptimalkan kolaborasi dengan ekosistem pengadaan elektronik yaitu Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Investree juga turut bekerja sama dengan beberapa rekanan atau ekosistem penghubung antara lain Mbiz, Pengadaan.com, sejumlah pemerintah daerah seperti Pemda Provinsi Jawa Barat, serta KADIN Indonesia dan HIPMI di beberapa wilayah.
Hal tersebut supaya Investree lebih mudah menjangkau para pelaku UMKM yang terlibat dalam proyek pengadaan pemerintah.
“Serta dengan ekosistem yang memelihara pelaku usaha mikro seperti eFishery [pembudidaya ikan dan udang] dan Gayatri Microfinance [ibu-ibu pemilik warung makan sederhana, toko kelontong, dan binatu rumahan],” ungkap Adrian.
Adapun, Investree memiliki TKB Total sebanyak 96,78%, angka ini merupakan tingkat keberhasilan total yang merupakan angka perbandingan nilai kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) terhadap nilai pinjaman tersalurkan secara keseluruhan.
Sebelumnya ramai di media sosial bahwa salah satu lender Investree mengalami telat bayar sampai 1,5 tahun. Lender mengatakan bahwa dirinya belum mendapatkan pengembalian dana meskipun sudah menagih berkali-kali kepada platform.
Pihak platform hanya menyebut sedang memproses dan memintanya sabar menunggu. Dia mengaku bahkan rugi mencapai jutaan rupiah lantaran investasi melalui Investree.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel