Kinerja Logistik RI Merosot, Pemerintah Diminta Benahi Hal-hal Ini!

Bisnis.com,28 Nov 2023, 19:08 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Ilustrasi aktivitas bisnis angkutan barang Pelni. /Dok. Pelni

Bisnis.com, JAKARTA - Pekerjaan rumah Indonesia di sektor logistik kian menantang setelah Bank Dunia menurunkan peringkat Logistic Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023 ke posisi 63 secara global dari posisi 46.

Data Logistics Performance Index (LPI) 2023 yang dirilis Bank Dunia mencatat, kinerja logistik Indonesia menempati peringkat ke 63 dari total 139 negara yang dikaji dengan skor LPI 3,0. Angka tersebut turun 17 peringkat dibandingkan pada 2018 saat Indonesia menduduki urutan ke-46 dengan skor LPI 3,15.

Terkait hal tersebut, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, pemerintah perlu melakukan pembenahan pada berbagai aspek untuk mendorong peningkatan kinerja logistik. Pasalnya, peningkatan kinerja logistik Indonesia dapat membawa dampak yang positif terhadap berbagai sektor. 

Dia menuturkan, beberapa manfaat signifikan dari peningkatan skor LPI Indonesia di antaranya adalah peningkatan daya saing produk di pasar global, memperlancar distribusi barang dan jasa, serta yang utama mengurangi biaya logistik.

Seiring dengan hal tersebut, Yusuf mengatakan upaya peningkatan kinerja logistik ini perlu difokuskan pada empat komponen yang mengalami penurunan, yakni kemudahan pengurusan impor dan ekspor, kelancaran transportasi, keandalan infrastruktur logistik, dan ketersediaan layanan logistik. 

“Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah perlu fokus pada penyederhanaan proses impor dan ekspor, peningkatan kapasitas serta efisiensi transportasi, pembangunan infrastruktur logistik yang memadai, serta peningkatan kualitas layanan logistik secara menyeluruh dan terintegrasi,” kata Yusuf saat dihubungi, Selasa (28/11/2023).

Sementara itu, mengacu data Supply Chain Indonesia, Yusuf menyebut biaya logistik Indonesia pada 2024 akan mencapai Rp1.436,1 triliun, atau naik sebesar 14,16% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.245,1 triliun. 

Yusuf menjelaskan, peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%, peningkatan aktivitas perdagangan dan lonjakan harga bahan bakar minyak serta bahan baku. 

“Meskipun demikian, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk meredakan dampaknya, yakni dengan meningkatkan efisiensi di sektor transportasi dan pergudangan, menerapkan kebijakan logistik hijau, serta meningkatkan integrasi infrastruktur logistik,” ujarnya.

Sebagai informasi, kinerja LPI dihitung berdasarkan enam dimensi, yakni customs, infrastructure, international shipments, logistics competence and quality, timeliness, dan tracking & tracing. 

Dari 6 indikator LPI tersebut, Indonesia mengalami kenaikan pada sisi customs dari 2,67 pada 2018 menjadi 2,8. Sementara itu, indikator infrastructure juga tercatat naik menjadi 2,9 dari sebelumnya 2,89.

Adapun, empat indikator terpantau mengalami penurunan, dengan yang terbesar pada dimensi Timeliness dari 3,67 menjadi 3,3. Selanjutnya, tracking & tracing tercatat turun dari 3,3 menjadi 3,0, kemudian International Shipments melemah dari 3,23 menjadi 3,0, serta dan logistics competence & quality melemah dari 3,10 menjadi 2,9.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fitri Sartina Dewi
Terkini