Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung perbankan agar memacu kreditnya, alih-alih mempertebal portofolio di instrumen surat berharga. Sejumlah bankir pun angkat suara.
Menurut Jokowi, bank memang diperbolehkan untuk membeli sejumlah instrumen seperti surat berharga negara (SBN) atau sertifikat Bank Indonesia (SBI). Portofolio itu digunakan untuk mengelola likuiditas. Namun, bank lebih baik mendorong sektor riil dengan memacu penyaluran kreditnya.
"Saya ajak perbankan. Memang harus prudent, hati-hati. Tapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama bagi UMKM. Jangan semuanya ramai-ramai membeli ke BI atau SBN," ujarnya dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 pada Rabu (29/11/2023).
Menyikapi perkataan Jokowi, sejumlah bankir pun angkat suara. Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) Taswin Zakaria mengatakan portofolio surat berharga memang ditujukan untuk pengelolaan likuiditas.
"Namun, kita tidak fokus untuk pembelian surat berharga karena likuiditas yang ada pun sekarang sangat diperlukan untuk pertumbuhan kredit. Jadi saya pikir sudah benar arahnya ke sana," katanya setelah acara PTBI 2023.
Berdasarkan laporan keuangannya, Maybank Indonesia memiliki portofolio surat berharga sebesar Rp33,22 triliun per September 2023, nilainya naik 12,87% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara, dari sisi intermediasi, Maybank Indonesia telah menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah Rp112,42 triliun, naik 1%.
Direktur Utama PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Indra Falatehan mengatakan Bank Muamalat memiliki portofolio di surat berharga. Berdasarkan laporan keuangannya, nilai portofolio surat berharga Bank Muamalat mencapai Rp32,18 triliun pada kuartal III/2023, tumbuh 20,61% yoy.
"Ada di SBN, tapi fokus kami tetap di pembiayaan," ujar Indra. Bank Muamalat telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp21,7 triliun pada kuartal III/2023, naik 22,4% yoy.
Wakil Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) Bob Tyasika Ananta mengatakan BSI juga memiliki portofolio di surat berharga.
"Namun, arah kita di situ [surat berhara] enggak terlalu besar. Yang kemudian menjadi challenge ke depan itu di sisi konteks dana masyarakat sebetulnya dari pemerintah BI menerbitkan itu untuk mengelola likuiditas di pasar," ujarnya.
BSI memiliki portofolio di surat berharga sebesar Rp57,04 triliun pada September 2023, nilainya susut dibandingkan Rp57,13 triliun pada September 2022. Adapun, nilai pembiayaan di BSI mencapai Rp231,67 triliun, naik 15,9% yoy.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Nixon L.P. Napitupulu juga mengatakan surat berharga bukanlah fokus dari BTN.
"Kita kan enggak banyak, tanya yang lain saja," tuturnya.
Tercatat, BTN memiliki portofolio di surat berharga sebesar Rp43,57 triliun pada September 2023, susut dibandingkan September 2022 sebesar Rp57,84 triliun. Sementara BTN telah mencatatkan total kredit dan pembiayaan senilai Rp318,30 triliun, tumbuh 9,87% yoy.
Adapun, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian keuangan, portofolio perbankan di SBN per akhir Oktober 2023 mencapai Rp1.610,94 triliun. Bank sendiri memiliki porsi kepemilikan di SBN sebesar 29,18% dari keseluruhan nilai SBN per 31 Oktober 2023.
Mengacu laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), kredit yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp6.863 triliun pada Oktober 2023, tumbuh positif 8,7% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel