Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung perbankan agar memacu kreditnya, alih-alih mempertebal portofolio di instrumen surat berharga. Adapun, sejumlah bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memiliki tren portofolio surat berharga yang beragam.
BCA menjadi salah satu bank yang mencatatkan peningkatan portofolio surat berharganya. Pada September 2023, nilai surat berharga yang dimiliki BCA mencapai Rp310,4 triliun, naik 21,76% secara tahunan (year on year/yoy). Sementara penyaluran kredit di BCA tumbuh 12,3% yoy menjadi Rp766,1 triliun.
Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan perseroan mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga merupakan bagian dari strategi pengelolaan likuiditas, serta mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini.
Namun, pada prinsipnya, BCA senantiasa mengikuti arahan dan kebijakan dari pemerintah, regulator dan otoritas perbankan.
"Kami senantiasa mengelola likuiditas secara pruden serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko," katanya kepada Bisnis pada Sabtu (3/12/2023).
BCA juga optimistis terus meningkatkan portofolio kredit, serta mendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor. "Kami juga senantiasa akan mengamati dinamika yang terjadi di pasar," ujar Hera.
Sementara BRI mencatatkan portofolio surat berharga sebesar Rp349,19 triliun pada kuartal III/2023. Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan portofolio surat berharga yang dimiliki BRI mengalami tren penurunan pada 2022 dan 2023.
"Hal ini seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit, utamanya kredit di segmen UMKM yang merupakan fokus bisnis BRI," katanya kepada Bisnis.
Adapun penempatan likuiditas pada instrumen surat berharga dilakukan bank sebagai strategi optimalisasi imbal hasil atas likuiditas yang belum tersalurkan ke kredit.
Dari sisi intermediasi, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp1.184,68 triliun pada kuartal III/2023, naik 12,32% yoy.
Sementara bank jumbo lainnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan portofolio surat berharga Rp361,57 triliun pada kuartal III/2023, turun 2,97% yoy.
Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan portofolio surat berharga di level Rp158,28 triliun, hanya naik 2,83% yoy.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyinggung perbankan agar memacu kreditnya, alih-alih mempertebal portofolio di instrumen surat berharga. Sejumlah bankir pun angkat suara.
Menurut Jokowi, bank memang diperbolehkan untuk membeli sejumlah instrumen seperti surat berharga negara (SBN) atau sertifikat Bank Indonesia (SBI). Portofolio itu digunakan untuk mengelola likuiditas. Namun, bank lebih baik mendorong sektor riil dengan memacu penyaluran kreditnya.
"Saya ajak perbankan. Memang harus prudent, hati-hati. Tapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama bagi UMKM. Jangan semuanya ramai-ramai membeli ke BI atau SBN," ujarnya dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 pada Rabu (29/11/2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel