Membanding Strategi Investasi Asuransi Jiwa dalam Konglomerasi BUMN (IFG Life, BRI Life, dan BNI Life)

Bisnis.com,05 Des 2023, 05:01 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang BNI Life, Jakarta, Senin (9/10/2023). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan asuransi jiwa dalam konglomerasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kini paling banyak menempatkan investasinya pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN). 

Instrumen tersebut umumnya dianggap sebagai investasi yang lebih aman karena merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah. Imbal hasil SBN juga biasanya lebih stabil dan memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen seperti saham. 

PT BNI Life Insurance (BNI Life) misalnya, perusahaan yang dimiliki oleh Bank Negara Indonesia (BBNI) sebesar 60% saham dan 40% sisanya dimiliki oleh Sumitomo Life Insurance Co yang paling banyak menempatkan investasi pada instrumen obligasi termasuk SBN. Bahkan porsinya mencapai 80% dari seluruh portofolio investasi perseroan.

Plt. Direktur Utama BNI Life Eben Eser Nainggolan menyebut strategi tersebut masih akan diterapkan perusahaan pada 2024. 

“Mayoritas aset BNI Life ditempatkan pada instrumen pendapatan tetap [obligasi] dengan komposisi lebih dari 80%,” kata Eben kepada Bisnis Kamis (30/11/2023).

Eben menambahkan perseroan juga menempatkan investasi pada instrumen lainnya. Beberapa di antaranya instrumen saham sebanyak 7%, serta instrumen reksadana pasar uang sekitar 5%, sisanya reksadana pendapatan tetap. 

Senada, Head of Corporate Secretary PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) Gatot Haryadi mengatakan bahwa perusahaan banyak menempatkan instrumen investasinya pada obligasi pemerintah atau SBN. 

“Kami melakukan penempatan sebagian besar pada instrumen yang low risk seperti pada obligasi pemerintah,” kata Gatot kepada Bisnis, Kamis (30/11/2023). 

Gatot mengatakan strategi tersebut sejalan dengan prinsip yang diterapkan anak usaha Indonesia Financial Group (IFG) tersebut, di mana investasi yang dilakukan harus sesuai dengan profil liabilitas perusahaan. Dengan demikian, kemampuan untuk melakukan pembayaran klaim kepada pemegang polis dapat terjaga. 

“Jadi kami melakukan penempatan investasi secara prudent, ketat dan sesuai dengan praktik tata kelola yang baik,” katanya. 

Di sisi lain, PT Asuransi BRI Life (BRI Life) juga menerapkan prinsip aman, likuid, dan profit dalam berinvestasi. Plt. Direktur Utama BRI Life I Dewa Gede Agung mengatakan bahwa pengelolaan neraca keuangan yang profesional dan akuntabel. berdasarkan prinsip kehati-hatian penting dilakukan untuk memberikan keuntungan dan manfaat optimal bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder).

Dewa menambahkan instrumen penempatan dari Aset Investasi BRI Life sampai dengan Oktober 2023 masih didominasi oleh SBN terutama Surat Utang Negara (SUN). Adapun porsi investasi SUN berada di atas 50% dari total aset investasi BRI Life.

“Komposisi penempatan tersebut berbeda dengan kondisi pada industri asuransi jiwa yang dominan menempatkan dalam komponen SUN dan saham,” katanya. 

Strategi tersebut tak banyak berubah dibandingkan dengan kinerja pada awal tahun 2023. Pada kuartal I/2023, BRI Life mencatatkan jumlah investasi mencapai Rp17,04 triliun.angka tersebut tumbuh 14% secara tahunan (year-on-year/yoy) apabila dibandingkan dengan kuartal I/2022. 

Mengutip laporan posisi keuangan unaudited perusahaan, per Maret 2023 komposisi investasi terbesar didominasi oleh surat berharga yang diterbitkan oleh negara RI. 

Investasi jenis ini mencapai Rp8,85 triliun, tumbuh 45% secara yoy dari posisi sebelumnya Rp6,10 triliun. Selanjutnya, investasi pada saham juga terpantau tumbuh lima kali lipat mencapai Rp2,73 triliun pada kuartal I/2023 dari posisi pada kuartal I/2023 sebesar Rp406,57 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini