Bisnis.com, JAKARTA -- Beberapa bank di Indonesia bersiap untuk kembali menggalang dana dari pasar modal melalui penerbitan obligasi pada awal 2024. Salah satu bank yang telah mempersiapkan rencana bisnis ini adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) alias Bank BJB.
Perusahaan bersiap menghimpun dana dengan nilai kisaran Rp3 triliun. Surat utang ini mencakup senior bond dan junior bond.
Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi, menyatakan bahwa penerbitan obligasi ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, tetapi juga untuk me-refinancing obligasi yang akan jatuh tempo, serta memperkuat struktur permodalan baik pada tier-2 maupun tier-1.
Bank BJB juga tengah mematangkan rencana untuk menerbitkan perpetual bond atau obligasi tanpa tanggal jatuh tempo senilai hingga Rp1,5 triliun. Dana dari penerbitan ini akan digunakan untuk meningkatkan modal inti utama atau modal tier-1 perseroan.
Yuddy menjelaskan bahwa rencana penerbitan perpetual bond tersebut akan memberikan kontribusi signifikan pada peningkatan modal inti dan pemenuhan tier 1 capital perusahaan. Surat utang abadi ini rencananya terbit pada Desember 2023 ini.
Sementara itu, PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) tengah melakukan evaluasi untuk strategi pendanaan perusahaan pada tahun depan.
Adi Pribadi, Kepala Departemen Hubungan Korporat Bank Bukopin menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan evaluasi menyeluruh terkait kebijakan pendanaan. Meskipun belum ada rencana yang diumumkan, Adi menekankan bahwa kondisi permodalan Bank Bukopin saat ini masih sangat kuat, dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) per September 2023 mencapai sekitar 33%.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan nilai penggalangan dana lewat pasar modal sepanjang 2024 sekitar Rp175 triliun hingga Rp200 triliun. Nilai aksi galang dana dari berbagai sektor ekonomi ini telah mempertimbangkan sejumlah faktor seperti Pemilihan Umum (Pemilu), pertumbuhan ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan pihaknya optimistis namun konservatif memandang 2024. Menurutnya target ini merupakan level sama seperti 2023.
“Oleh karena itu, dalam menargetkan tahun depan, target kita adalah sama dengan tahun lalu ya, antara Rp175 triliun sampai dengan Rp200 triliun,” kata Inarno dalam Konferensi Pers RDK OJK November, Senin (4/12/2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel