Erick Thohir Rampingkan BUMN, Total 65 Perusahaan per Oktober 2023

Bisnis.com,06 Des 2023, 12:55 WIB
Penulis: Dionisio Damara Tonce
GEDUNG KEMENTERIAN BUMN Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semakin ramping di tangan Menteri BUMN Erick Thohir. Sampai dengan Oktober 2023, jumlah perusahaan pelat merah tersisa 65 dari sebelumnya mencapai 74 BUMN pada 2022. 

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan Kementerian BUMN, Rabu (6/12/2023), jumlah perusahaan pelat merah sampai dengan Oktober 2023 sebanyak 65 perusahaan. 

Perinciannya, BUMN berstatus go public sebanyak 13 perusahaan, BUMN persero tertutup mencapai 25 perusahaan, BUMN dalam bentuk Perum sebanyak 11 perusahaan, dan BUMN yang dikelola PPA sebanyak 13 dan Danareksa 3 BUMN. 

Hingga Oktober 2023, Kementerian BUMN juga telah menyelesaikan sejumlah aksi korporasi utama dalam rangka penyelarasan dan restrukturisasi portofolio BUMN. 

Pertama, penyempurnaan struktur korporasi Mind ID dengan mengalihkan saham negara di Inalum, Antam, Timah, Bukit Asam, dan Freeport ke Mind ID yang merupakan BUMN baru. 

Kedua adalah penyempurnaan struktur korporasi InJourney dengan injeksi saham di Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) ke InJourney. 

Ketiga, pembubaran enam BUMN yang terdiri atas Merpati, Leces, Istaka, ISN, KKA, dan Iglas. Selain itu penggabungan BUMN transportasi darat dengan peleburan PPD dan Damri, serta pengalihan kewenangan Bina Karya ke Ibu Kota Nusantara. 

“Dengan adanya aksi korporasi di atas, jumlah BUMN per Oktober 2023 berkurang dari 74 BUMN per Desember 2022 menjadi 65 BUMN,” tulis Laporan BUMN. 

Terbaru, Kementerian BUMN menggabungkan 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo.

PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan atau surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.

Sementara itu, pembentukan SupportingCo ditempuh melalui penggabungan perusahaan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I. 

Melalui penggabungan ini, PalmCo diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600.000 hektare pada 2026. Pada saat bersamaan, subholding ini ditargetkan menjadi pemain utama industri sawit dunia.

Adapun SupportingCo akan menjadi perusahaan pengelola aset perkebunan unggul, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, serta diversifikasi usaha lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini