Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan surat utang masih didominasi dari sektor industri perusahaan pembiayaan (multifinance) alias leasing. Sektor ini tercatat menerbitkan obligasi sebesar Rp32,76 triliun pada Januari—November 2023.
Direktur Utama Pefindo Irmawati Amran mengatakan bahwa total penerbitan surat utang multifinance itu terdiri dari BUMN dan non-BUMN. Perinciannya, penerbitan surat utang dari BUMN mencapai Rp2,32 triliun. Sedangkan penerbitan surat utang dari non-BUMN mencapai Rp30,44 triliun.
Irmawati menuturkan salah satu penyebab penerbitan surat utang masih didominasi sektor multifinance karena karakteristik industri ini yang membutuhkan dana yang umumnya berasal dari pinjaman perbankan dan penerbitan obligasi.
“Untuk [penerbitan surat utang] multifinance, semakin berkembang bisnisnya dan semakin banyak nasabahnya yang butuh financing dari mereka, maka modal kerja mereka pun akan semakin tinggi,” kata Irmawati menjelaskan alasan leasing memilih menerbitkan obligasi dalam Pefindo Media Forum secara virtual, Senin (11/12/2023).
Jika dilihat dari data historis, Irmawati mengungkapkan untuk surat utang multifinance yang jatuh tempo ada kecenderungan bahwa sektor ini akan kembali menerbitkan surat utang untuk membayar jatuh temponya.
“Dan biasanya malah lebih tinggi dari yang jatuh tempo. Karena kalau bisnis mereka berkembang dan membutuhkan lebih banyak modal kerja, begitu jatuh tempo, mereka akan menerbitkan lagi obligasi untuk kemudian diputar lagi dananya,” jelasnya.
Adapun, Pefindo memproyeksikan nilai surat utang multifinance yang jatuh tempo pada 2024 mencapai Rp26,3 triliun.
“Kecenderungannya, mereka juga akan melakukan refinancing dengan penerbitan obligasi kembali. Kalau ke depan bisnis multifinance berkembang, maka penerbitan obligasi dari multifinance akan meningkat daripada Rp26,3 triliun yang jatuh tempo,” tambahnya.
Terlebih, lanjut Irmawati, industri multifinance mencari pendanaan atau modal kerja dengan melihat biaya dana (cost of fund). Di sisi lain, tenor yang diberikan perbankan lebih pendek dibandingkan surat utang yang bisa mencapai 5 tahun.
Selain itu, Irmawati menjelaskan bahwa multifinance juga melihat biaya (cost) yang tetap sebagai keuntungan menerbitkan obligasi. “Kalau dia [multifinance] menerbitkan surat utang 5 tahun ke depan, berarti mereka bisa memperkirakan cost-nya itu tetap, karena kupon itu kan cost-nya tetap,” imbuhnya.
Di sisi lain, Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan bahwa surat utang jatuh tempo multifinance pada tahun ini mengambil porsi 33% dari total surat utang korporasi yang jatuh tempo di tahun 2023 mencapai Rp126,9 triliun.
“Jadi memang mereka menjadi pemain yang dominan di pasar surat utang korporasi,” kata Suhindarto.
Selain itu, alasan lainnya adalah karakteristik dari industri multifinance yang berbeda dengan perbankan. Dalam hal ini, perbankan dapat menghimpun dana ketiga, sehingga bisa mendapatkan dana murah dari masyarakat. Sedangkan multifinance tidak bisa.
“Sehingga salah satu alternatif pendanaan mereka untuk modal kerja adalah melalui penerbitan pasar surat utang korporasi,” ujarnya.
Ke depan, Suhindarto memperkirakan industri multifinance akan marak melakukan penerbitan surat utang pada kuartal III/2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel