Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah bank seperti PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) dan PT KB Bukopin Tbk. (BBKP) berupaya naik kelas ke kasta bank yang lebih tinggi lagi. Siasat pun dilancarkan seperti dengan rights issue dan merger.
Bank Woori Saudara dan KB Bukopin merupakan anggota kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II. Baik SDRA dan BBKP memiliki modal inti antara Rp6 hingga Rp14 triliun.
Tercatat, modal inti Bank Woori Saudara per September 2023 mencapai Rp8,36 triliun. Adapun, modal inti KB Bukopin mencapai Rp11,83 triliun.
Kedua bank asal Korea Selatan itu pada 2023 gencar berupaya naik kelas ke kasta kedua atau masuk KBMI III. Kelompok bank ini memiliki modal inti Rp14 triliun sampai Rp70 triliun. Deretan nama bank masuk ke dalam KBMI III seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) hingga PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS).
Untuk melancarkan aksinya naik kasta menjadi sekelas CIMB Niaga atau BSI, Bank Woori Saudara dan KB Bukopin agresif mempertebal modal tahun ini. Terbaru, Bank Woori Saudara akan menggelar rights issue sebanyak 6,4 miliar lembar saham.
"Rencana penambahan modal akan berdampak positif terhadap kondisi keuangan perseroan, khususnya dalam hal memperkuat struktur permodalan sehingga dapat mempercepat perseroan untuk menjadi bank kategori KBMI III," tulis Manajemen Bank Woori Saudara di keterbukaan informasi pada beberapa waktu lalu.
Pelaksanaan aksi korporasi SDRA ini ditargetkan rampung pada kuartal I/2024. Sementara, SDRA akan meminta persetujuan terlebih dahulu dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 10 Januari 2024.
Dalam gelaran rights issue itu, induk SDRA asal Korea Selatan Woori Bank Korea menyiapkan dana US$200 juta atau Rp3,1 triliun untuk menebus haknya.
Presiden Direktur Bank Woori Saudara Hwang Gyusoon mengatakan tambahan modal melalui rights issue juga dapat membantu Bank Woori Saudara untuk melakukan perkembangan usaha dengan melakukan ekspansi bisnis yang berkelanjutan dalam menjaga daya saing.
"Di samping itu, Bank Woori Saudara juga
akan lebih mengembangkan perannya dalam memberikan layanan keuangan kepada perusahaanperusahaan kecil dan menengah, demikian juga untuk pengembangan bisnis ritel," katanya.
Bank asal negeri ginseng lainnya yakni KB Bukopin pun punya cara yang sama seperti Bank Woori Saudara untuk naik kelas, yakni dengan rights issue. Pada pertengahan tahun ini, BBKP menggelar penawaran umum terbatas (PUT) VII melalui skema rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 120 miliar saham baru.
“PUT ini terkait dengan penguatan permodalan agar KB Bukopin dapat masuk ke dalam KBMI III dengan dana di atas Rp14 triliun” kata Direktur Operasi KB Bukopin Helmi.
Direktur Utama Bank KB Bukopin Woo Yeul Lee mengatakan selain sebagai upaya naik kelas, kucuran modal dari rights issue itu juga sejalan dengan upaya bersih-bersih dan memperbaiki kinerja. Tercatat, Bank KB Bukopin masih mencatatkan rugi Rp3,37 triliun pada kuartal III/2023, membengkak dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,63 triliun.
Adapun, dalam upayanya mengubah rugi menjadi laba, ada dua target yang dicanangkan bank. Pertama, bank menargetkan untuk mengubah keadaan laba operasional pra-pencadangan (PPOP) ke level positif pada 2024.
"Kedua, untuk net profit tren positif kami sedang berupaya keras dan kemungkinan di 2025 ke depan [net profit positif]," ujarnya setelah acara Top 100 CEO & The Next Leader Forum 2023 yang digelar Infobank serta Ikatan Bankir Indonesia (IBI) pada Selasa (5/12/2023).
Adapun, dalam mencapai net profit yang positif atau laba bersih, bank saat ini tengah berupaya untuk penyelesaian kredit bermasalah. "Untuk net profit itu sendiri di dalamnya ada pencatatan CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] penyelesaian kredit bermasalah. Jadi bahwa KB so far masih on track, no issue masih sesuai rencana," tutur Woo Yeul Lee.
Naik Kelas Lewat Merger
Selain kedua bank asal negeri ginseng itu, ada bank lain yang berupaya naik kelas, yakni PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dengan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady. Adapun, strategi naik kelas yang dijalankan kedua bank adalah dengan merger.
BABP dan NOBU memang sejak awal tahun ini dikabarkan akan merger. Corporate Secretary BABP Heru Sulistiadhi mengatakan aksi korporasi yang direncanakan oleh perseroan merupakan upaya untuk naik kelas. "Keputusan merger adalah kesepakatan para pihak dalam rangka meningkatkan kapasitas menjadi bank dengan modal inti Rp6 triliun dengan kategori KBMI II," jelasnya pada beberapa waktu lalu.
Saat ini, baik BABP dan NOBU sama-sama masuk ke dalam KBMI I atau bank kelas bawah. BABP mempunyai modal inti Rp3,32 triliun per September 2023 dan NOBU memiliki modal inti Rp3,12 triliun pada periode yang sama.
Meski begitu, merger belum juga rampung hingga saat ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan merger kedua bank milik konglomerat itu masih dalam progres. Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pelaksanaan merger molor dari target awal Agustus 2023 karena menghadapi sejumlah masalah.
"Tentu masih ada masalah-masalah teknis operasional yang masih dihadapi mereka, seperti bisnisnya ke depan akan bagaimana? Karena mereka kan agak sedikit berbeda. Terus juga masalah kepemilikan saham," kata Dian pada bulan lalu (14/11/2023) di Jakarta.
Meski menghadapi sejumlah masalah, Dian menyebutkan merger kedua bank itu menjadi point of no return alias harga mati dalam konsolidasi perbankan Tanah Air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel