Kinerja Bank Susut usai Konversi ke Syariah, Ini Antisipasi OJK

Bisnis.com,11 Des 2023, 20:45 WIB
Penulis: Arlina Laras
Logo Bank Syariah./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan perbankan syariah yang bakal melakukan strategi anorganik perlu melakukan persiapan komprehensif demi meminimalisir potensi perlambatan bisnis.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut hal ini dilakukan agar menghasilkan akselerasi sesuai dengan yang diharapkan. Mulai dari memastikan persiapan manajemen, bisnis, operasional, TI, SDM hingga budaya korporasi yang terdokumentasi denga baik.

“Kami juga melihat bahwa tidak sedikit bank yang melakukan langkah anorganik yang mengalami perlambatan bisnis di awal-awal periode pasca aksi korporasi tersebut,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/12/2023). 

Menurutnya, berbagai potensi risiko di semua lini tersebut harus dapat diidentifikasi dengan baik dan disiapkan rencana mitigasinya, agar pada saatnya bank tersebut beroperasi dengan legal entity yang baru dapat menjalankan operasionalnya dengan baik.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut ada satu bank konvensional yang melakukan konversi menjadi bank syariah justru mengalami kinerja jeblok.

"Setelah dikonversi [menjadi syariah] pertumbuhan kredit dan DPK [dana pihak ketiga] malah turun dibandingkan sebelumnya [konvensional]," kata Mahendra dalam acara Peluncuran Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah [RP3SI] 2023-2027 pada Senin (27/11/2023). 

Menurutnya, kinerja jeblok setelah konversi itu terjadi karena bank yang menjalankan konversi hanya dilandaskan pada aspek formalitas dan status bank itu sendiri. 

"Sementara, dalam aspek pemanfaatan kesiapan dan kesungguhan dari sistem yang ada, manajemen yang ada, ternyata belum betul-betul siap," ujar Mahendra. 

Oleh karena itu, dia mendorong agar dalam menjalakan konsolidasi bank termasuk konversi dari bank konvensional menuju bank syariah, bank perlu fokus terhadap pengembangan bisnis. 

Apalagi, menurutnya, tantangan utama perbankan syariah tidak hanya soal literasi dan inklusi, tetapi layanan dan inovasi produk berbasis syariah. 

Sebagai informasi, per September 2023 perbankan syariah mencatat pencapaian yang total aset 831,95 triliun, tumbuh 10,94% secara tahunan dan berkontribusi pada pangsa pasar sebesar 7,27%  

Dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan syariah secara industri senilai Rp637,63 triliun dengan pertumbuhan 9,26% secara tahunan mencerminkan kepercayaan yang kuat terhadap layanan keuangan syariah. Lalu, total pembiayaan mencapai Rp564,37 triliun, tumbuh 14,66% dari tahun lalu. “

Sayangnya, pangsa perbankan syariah masih dalam relatif kecil dan belum kompetitif di nasional. Tercatat, dari total 13 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah, sebanyak 11 BUS dan 17 UUS masih berada dalam kelas di bawah Rp4 triliun dan hanya 1 di atas Rp100 triliun. 

Alhasil, OJK pun mengupayakan kebijakan strategis yang tertuang dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah 2023-2027 memberikan arah kebijakan dari sisi industri dan masyarakat, yang terbagi dalam lima pilar. Mulai dari penguatan struktur dan ketahanan industri perbankan syariah, percepatan digitalisasi perbankan syariah dan penguatan karakterisitik perbankan syariah. 

Lebih lanjut, peningkatan kontribusi perbankan syariah yang lebih besar lagi bagi perekonomian nasional hingga pengaturan peraturan perizinan dan pengawasan yang responsif dan akomodatif juga menjadi arah dari pengembangan usaha syariah ke depan.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini