Tren Urban Farming, Bikin Jumlah RTUP di Kabupaten Cirebon Naik

Bisnis.com,12 Des 2023, 12:52 WIB
Penulis: Hakim Baihaqi
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, CIREBON - Jumlah rumah tangga usaha pertanian perorangan (RTUP) di Kabupaten Cirebon sepanjang 2023 sebanyak 101.492 atau naik 14,03% dari hasil Sensus Pertanian 2013 yang sebanyak 89.002.

Berdasarkan data hasil Sensus Pertanian 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Kecamatan Kapetakan, Gegesik, dan Gebang merupakan kecamatan dengan jumlah RTUP paling banyak. 

Kecamatan Kapetakan terdapat 5.258 rumah tangga, Kecamatan Gegesik terdapat 4.727 rumah tangga, dan Kecamatan Gebang  4.686 rumah tangga. 

Kepala BPS Kabupaten Cirebon Judiharto Trisnadi menyebutkan RTUP itu konsenstrasi terhadap tujuh subsektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian.

Subsektor yang paling banyak diusahakan, lanjut Judiharto, adalah tanaman pangan dengan jumlah 53.775 rumah tangga, disusul peternakan 35.417 rumah tangga, dan hortikultura sebanyak 21.366 rumah tangga.

"RTUP adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijua atau pun dikonsumsi sendiri," kata Judiharto melalui keterangan tertulis, Selasa (12/12/2023).

Judiharto menyebutkan, RTUP berdasarkan kelompok umur, mayoritas dilakoni oleh kepala rumah tangga dengan rentang umur 45 tahun ke atas. Sedangkan sisanya,  yaitu sekitar 24,87% memiliki dilakukan oleh kepal rumah tangga dengan umur di bawah 45 tahun.

Selain itu, hasil sensus tersebut juga menyebutkan, RTUP didominasi oleh laki-laki dengan jumlah sebesar 91,90% dan sisanya 8,10% adalah perempuan.

"Selain melihat berdasarkan kelompok umur kepala keluarga, penting pula melihat jumlah rumah tangga usaha pertanian berdasarkan jenis kelamin kepala rumah tangga .Hal ini membantu mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan gender serta memaksimalkan potensi kontribusi masingmasing gender dalam sektor pertanian," kata Judiharto.

Menurut Judiharto, naiknya angka tersebut terjadi karena tumbuhnya tren urban farming. Dimana, Lahan pertanian di perkotaan semakin sempit seiring dengan pertambahan penduduk perkotaan, sedangkan kebutuhan untuk konsumsi hasil pertanian cukup tinggi. 

Wilayah perkotaan memiliki ketergantungan hasil pertanian dari daerah lain, sehingga urban farming menjadi salah satu solusi dalam mengurangi ketergantungan tersebut.

"Selain itu, membantu pengendalian inflasi, mengembangkan ekonomi lokal, efisiensi biaya transportasi, meningkatkan partisipasi masyarakat/komunitas, dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan," kata Judiharto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ajijah
Terkini