Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) memutuskan untuk menambah pencadangan kredit pada 2023 sebagai bagian dari antisipasi.
Hal ini juga dilakukan terkait proses restrukturisasi nasabah korporasi yang sebagai bagian dari upaya mitigasi dari berakhirnya kebijakan stimulus Covid-19 dari pemerintah.
Dengan adanya penambahan pencadangan ini, biaya kredit meningkat sebesar Rp608 miliar. Peningkatan ini menyebabkan laba bersih setelah pajak perseroan BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 13% yoy ke Rp2,094 miliar sepanjang Januari-September 2023.
Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar mengungkapkan banyak tantangan yang dihadapi industri perbankan Indonesia di sepanjang tahun 2023 dengan meningkatnya suku bunga, di antaranya dan ketidakpastian global lainnya.
“Namun, kami bersyukur Bank BTPN tetap mampu mencatatkan hasil kinerja positif sepanjang tahun 2023 ini. Hal ini dapat diraih melalui penerapan strategi dan keputusan bisnis dengan prinsip kehati-hatian, demi menunjang pertumbuhan perusahaan maupun setiap unit bisnis yang dinaungi oleh perseroan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/12/2023)
Sebagaimana diketahui, BTPN mengumumkan raihan laba konsolidasi Rp2,39 triliun pada kuartal III/2023. Adapun, capaian ini turun 14,95% pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,82 triliun.
Tercatat pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) secara konsolidasi tumbuh 3,82%, menjadi Rp9 triliun pada kuartal III/2023 dari yang sebelumnya Rp8,67 triliun pada kuartal III/2022.
Namun, pendapatan berbasis komisi atau fee based income bank turun tipis 1,91% yoy menjadi Rp589,96 miliar pada September 2023, dibanding periode yang sama tahun lalu Rp601,45 miliar. Pendapatan lainnya juga turun 57,65% yoy menjadi Rp306,29 miliar pada akhir September 2023.
Kemudian, sebagai bank yang dikendalikan Sumitomo Mitsui Banking Corporation ini juga mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang meningkat 10,84% menjadi Rp1,9 triliun, dari yang sebelumnya Rp1,72 triliun.
Lebih lanjut, dari sisi intermediasi, BTPN diketahui telah menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp138,91 triliun pada kuartal III/2023, susut 3,59% dari sebelumnya Rp144,08 triliun.
Sementara, pembiayaan syariah secara konsolidasi tercatat sebesar Rp11,94 triliun, tumbuh 5,17% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp11,35 triliun.
Seiring dengan kinerja penyaluran kredit dan pembiayaan, BTPN membukukan penyusutan aset sebesar 2,04% dari yang sebelumnya Rp199,03 triliun pada kuartal III/2022 menjadi Rp195,84 triliun pada kuartal III/2023
Adapun, pada sisi pendanaan, BTPN telah meraup total simpanan nasabah Rp108,58 triliun, naik 4,53% yoy. Sedangkan, simpanan dana murah atau current accounts savings accounts (CASA) turun 17,88% menjadi Rp35,2 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp42,87 triliun.
Lebih lanjut, Bank BTPN senantiasa berkomitmen menjaga kualitas kredit agar tetap baik. Hal itu terlihat dari rasio gross non-performing loan (NPL) Bank yang berada di level 1,47%, lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang tercatat sebesar 2,4% pada akhir September 2023.
Bank BTPN juga berhasil menjaga rasio likuiditas dan pendanaan untuk berada di tingkat yang sehat, dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) mencapai 210,80% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) di 120,31% pada 30 September 2023. Perseroan mencatat rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) berada di level yang kuat yakni 29,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel