Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara terkait raupan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank yang merosot jauh pada Oktober 2023. Justru pihaknya melihat ini sebagai suatu yang positif.
Tercatat, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) anjlok pada Oktober 2023, yakni menjadi 3,43% per yoy. Angka ini susut dibanding bulan lalu yaitu September 2023 sebesar 6,54% atau menjadi Rp8.198,80 triliun, dengan deposito menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 5,66% yoy.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memandang perlambatan simpanan merupakan salah satu cerminan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi di masyarakat mulai bangkit dan memerlukan pendanaan.
Tak hanya itu, Dian menuturkan saat ini sektor riil juga memiliki optimisme untuk melakukan kegiatan ekonomi kala pandemi lalu terkendala.
“Perlu kita ingat bahwa saat pandemi lalu, DPK perbankan mengalami laju pertumbuhan yang relatif tinggi karena kurangnya kegiatan masyarakat dan sektor riil masih belum memiliki keyakinan penuh terkait berakhirnya pandemi, sehingga menahan ekspansi usahanya,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Selasa (12/12/2023).
Lebih lanjut, Dian menyebut DPK diperkirakan masih akan tetap tumbuh meskipun lebih rendah dari pertumbuhan kredit setelah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi selama masa pandemi.
“Terkait dengan proyeksi pertumbuhan DPK perbankan, saat ini RBB bank-bank baru saja disampaikan dan sedang dianalisis/dievaluasi, termasuk yang terkait dengan target pertumbuhan DPK di tahun mendatang,” katanya.
Sementara itu, dari sisi perbankan, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyebut perlambatan DPK ini, lantaran adanya tawaran investasi dengan imbal balik lebih tinggi.
“Banyak beralih ke investasi lain yang lebih tinggi bunganya dan memang perputaran bisnis juga melemah,” ujarnya pada Bisnis, Kamis (23/11/2023).Adapun, di tengah perlambatan DPK, dari kalangan bankir pun terus mempersiapkan strategi demi menggejot pertumbuhan simpanan nasabah.
Direktur Keuangan PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Rudy Basyir Ahmad mengatakan terus menjalankan strategi untuk optimalisasi balance sheet dalam tiga fokus untuk meningkatkan funding alias pendanaan yang stabil.
“Saat ini kami mengupayakan komposisi DPK tetap optimal dan cost of fund tidak terlalu tinggi,” ujarnya dalam Public Expose, Kamis (23/11/2023).
Tak hanya itu, pihaknya juga berfokus dalam menentukan tingkat bunga kredit dengan lebih disiplin dengan fokus nasabah wholesale yang dapat mewujudkan strategi prioritas bank, yakni menjadi mitra kerja ekosistem.
“Yang ketiga dari sisi penyaluran kredit, kami juga menjaga sisi prudensialnya juga. Tidak sebatas mengejar kreditnya ya. Jadi itu kurang lebih strategi holistik kredit dan DPK bank,” katanya.
Direktur Utama PermataBank Meliza M. Rusli juga sempat mengatakan di tengah perlambatan pertumbuhan DPK di industri perbankan Indonesia pihaknya terus berfokus kepada pertumbuhan giro dan simpanan yang merupakan pendanaan yang lebih murah dan stabil.
Tercatat, dari sisi pendanaan, Bank Permata telah meraup total simpanan nasabah Rp181,84 triliun, naik 12,6% dari periode tahun lalu yang sebesar Rp161,51 triliun. Porsi dana murah atau current accounts savings accounts (CASA) berada di level 55,9% yang senilai Rp101,63 triliun.
Sebelumnya, Presiden Direktur PaninBank Herwidayatmo juga menargetkan pertumbuhan DPK bank hingga akhir tahun bisa dikejar melalui sejumlah strategi meskipun kondisinya menantang.
Dalam mendongkrak DPK, Bank Panin misalnya berupaya meningkatkan porsi dana murah menjadi 51%.
Untuk mewujudkan porsi CASA itu, Bank Panin menggelar program undian berhadiah bertajuk Panin Super Bonanza guna menarik minat nasabah menyimpan dananya di Bank Panin.
"Program ini yang diharapkan nasabah Bank Panin setiap tahun, ini terus berjalan. Tiap bank juga tentunya punya program spesifik masing-masing," ujarnya beberapa waktu lalu.
Kemudian, Bank Panin mendongkrak transaksi digital guna meraup simpanan.
"Tren semua ke arah sana [transaksi digital]," tuturnya.
Bank Panin pun memanfaatkan momentum tahun politik. Menurutnya, tahun politik jadi momentum bagi bank dalam meraup dana pengusaha yang menahan dananya dalam berinvestasi.
"Justru sebenarnya ini [tahun politik] potensi. Orang belum pakai uang untuk investasi karena menunggu kepastian politik," katanya.
Terakhir, Bank Panin berupaya meraup simpanan dengan menawarkan bunga yang kompetitif. "Kita buat bunga sekompetitif mungkin," tuturnya.
Adapun, per September 2023, PNBN telah meraup DPK Rp144,29 triliun dari sebelumnya Rp141,84 triliun, naik tipis 1,72% secara tahunan (year on year/yoy). Sementara itu, per September 2023, CASA naik 3,01% menjadi Rp65,42 triliun dari sebelumnya Rp63,51 triliun. Hal serupa juga dilakukan PT Bank Mega Tbk. (MEGA) yang berupaya untuk memperbesar raupan simpanan, utamanya dana murah (current account saving account/CASA) yang hingga September 2023 masih berada di bawah 30% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Wakil Direktur Utama Bank Mega Diza Larentie mengatakan pihaknya bakal mendongkrak komposisi CASA untuk berada di level 35% di akhir tahun, dari yang sebelumnya 29,48% per kuartal III/2023.
“Melalui program Meriah bareng Mega ini diharapkan bisa menarik minat masyarakat terhadap program undian berhadiah dari perbankan. Sehingga, ini diharapkan bisa meningkatkan dana murah sekaligus memperbaiki cost of fund,” ujarnya akhir pekan lalu.Di mana, nasabah perorangan yang memiliki tabungan Mega Dana atau Mega Maxi memiliki kesempatan mendapatkan beragam hadiah berdasarkan periode tertentu
Retail Product Management Head Hersen juga menyebut program ini menjadi alternatif cara untuk meningkatkan awareness produk dari perbankan.
“Kita ingin kenalkan bahwa di Bank Mega itu tidak hanya menabung dan transaksi, tapi juga ada kesenangan, aka nada potensi menang terhadap hadiah, Jadi, kita mendesain program ini agar terus berkelanjutan,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel