Bisnis.com, JAKARTA — Tren akuisisi dan merger yang dijalankan perbankan diperkirakan masih akan ramai pada 2024 atau saat musim Pemilu. Ada sejumlah faktor pendorong konsolidasi bank itu.
Pada tahun ini, sejumlah bank telah menjalankan aksi konsolidasinya. PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP), misalnya, mengakuisisi kepemilikan Commonwealth Bank of Australia (CBA) di PT Bank Commonwealth.
Selain itu, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) juga mengakuisisi lini bisnis konsumer seperti kartu kredit milik Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI). Lalu, PT Bank UOB Indonesia pun telah merampungkan akuisisi bisnis consumer banking milik Citibank Indonesia.
Bank digital dengan pengguna terbesar di Korea Selatan, KakaoBank, juga mengakuisisi saham bank digital milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yakni Superbank sebesar 10% melalui penerbitan saham baru.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pada tahun depan atau 2024 sejumlah aksi konsolidasi baik merger dan akuisisi masih akan ramai.
"Tren akuisisi dan merger maupun konsolidasi bank masih cukup ramai tahun depan, salah satu faktornya adalah permodalan," ujar Trioksa kepada Bisnis pada Rabu (13/12/2023).
Menurutnya, dalam urusan permodalan, jenis bank yang berpotensi memperkuat modal melalui konsolidasi pada tahun depan adalah bank pembangunan daerah (BPD).
Sebab, terdapat ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal modal minimal Rp3 triliun hingga akhir 2024. Sementara, OJK mencatat saat ini terdapat 11 BPD yang tengah berproses untuk memenuhi modal inti minimum itu, di mana diantaranya bakal menjalankan konsolidasi seperti membentuk kelompok usaha bank (KUB).
"Konsolidasi jadi isu utama terutama bagi BPD. Ini membuat tren merger dan akuisisi pada 2024 akan banyak," katanya.
Sebelumnya, Direktur Segara Research Institut Piter Abdullah mengatakan bahwa salah satu faktor pendorong merger dan akuisisi bank adalah perluasan ekosistem dan layanan digital.
“Bank berkonsolidasi karena memerlukan modal besar dan juga kolaborasi untuk membangun ekosistem digital,” ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
OJK Evaluasi Rencana Bisnis Bank
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan langkah merger dan akuisisi perbankan tertuang dalam rencana bisnis bank (RBB) pada 2024. Namun, saat ini perbankan baru saja menyampaikan RBB-nya dan OJK tengah mengevaluasi RBB masing-masing bank itu.
"Pada prinsipnya OJK mendukung segala upaya konsolidasi perbankan dalam rangka mengembangkan industri perbankan yang sehat, efisien, dan berdaya saing serta berkontribusi terhadap perekonomian nasional," kata Dian dalam jawaban tertulis pada beberapa waktu lalu.
Dian juga sempat menyinggung bahwa faktor pendorong konsolidasi perbankan tahun depan adalah ketentuan mengenai pemisahan atau spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS).
OJK telah menerbitkan POJK No.12/2023 di mana di antaranya mengatur bahwa bank yang memiliki UUS dengan share asset lebih dari 50% dan/atau total aset UUS mencapai lebih dari Rp50 triliun wajib untuk melakukan spin off.
Selain itu, OJK mendorong agar ketentuan spin off UUS jadi BUS ini dijalankan bank di antaranya melalui konsolidasi. Dengan aksi konsolidasi itu, OJK berharap lahir dua atau tiga bank syariah dengan aset yang besar di Indonesia.
Dian mengatakan saat ini total ada 13 BUS dan 20 UUS yang beroperasi di Indonesia. Namun, para pemain di industri bank syariah itu rata-rata memiliki aset kecil. Pasalnya, saat ini ada 11 BUS dan 17 UUS yang asetnya masih di bawah Rp40 triliun.
"Hanya satu bank syariah yang punya aset di atas Rp100 triliun," kata Dian dalam acara Peluncuran Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah (RP3SI) 2023-2027 pada bulan lalu (27/11/2023).
Deretan Rencana Konsolidasi Bank pada 2024
Sejumlah bank pun memang memiliki rencana aksi merger atau akuisisi pada 2024. PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) misalnya berencana untuk menjalankan spin off UUS mereka BTN Syariah melalui akuisisi. Adapun, tahapan akusisi diperkirakan rampung pada April atau Juni 2024.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan BTN sendiri sudah mengirimkan letter of intent (LoI) pada dua objek bank syariah yang akan dibidik untuk akuisisi sejak awal November 2023. Dia menyebut hal itu dilakukan agar bisa masuk dalam tahapan peninjauan alias due diligence terhadap target bank yang dibidik.
Nixon tidak menyebutkan dua bank incaran BTN. Namun, kabar yang berkembang BTN menjajaki opsi mengakuisisi bank syariah pertama di Indonesia, yakni PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) juga berencana untuk menjalankan akuisisi pada 2024. Bank besutan korporasi keuangan asal Jepang, yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) itu akan mengakuisisi dua perusahaan yang bergerak di bisnis konsumer atau pembiayaan kendaraan bermotor yakni PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF).
Dua perusahaan itu juga merupakan bagian dari PT Summit Auto Group yang merupakan anak perusahaan Grup SC serta SMBC.
Akuisisi akan dijalankan BTPN setelah mendapatkan dana dari right issue pada kuartal I/2024. Berdasarkan prospektus, BTPN telah mendapatkan restu dari pemegang saham untuk menggelar right issue sebanyak 3,09 miliar lembar saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp20 per saham.
Adapun, merger PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dengan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady juga masih dinanti. Kabar merger kedua bank milik konglomerat itu mengemuka sejak awal 2023.
Merger Bank MNC dan Bank Nobu sebenarnya ditargetkan rampung Agustus 2023. Namun, hingga 2023 hampir berakhir, merger kedua bank belum juga terlaksana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel