Bisnis.com, JAKARTA — Ketika pertama kali muncul secara resmi pada laporan PBB bertajuk "Who Cares Wins," medio 2004 lalu, ESG sebenarnya punya tujuan spesifik. Sesuai namanya, gerakan ini menjadi tumpuan harapan terwujudnya standar praktik bisnis yang mengarusutamakan aspek lingkungan (environment), sosial (social), dan tata kelola (governance).
Sayangnya, perkembangan zaman hampir dua dekade terakhir membuat lema itu justru bikin segalanya makin ribet.
Dalam kolomnya di Forbes belum lama ini, petinggi Meltware Ajay Khairi menyebut bahwa saat ini publik—baik pelaku bisnis maupun masyarakat—cenderung melihat ESG sebagai hal yang terlampau kompleks. Akibatnya, gerakan ini mulai lebih banyak melenceng dan minim menarik minat pebisnis untuk mencapai praktik berlingkungan, sosial, dan tata kelola lebih baik.