Citi Indonesia Buka-bukaan Langkah Genjot Penyaluran Pembiayaan Hijau

Bisnis.com,18 Des 2023, 14:10 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi/Bisnis-Arlina Laras

Bisnis.com, JAKARTA - Citi Indonesia memberikan tanggapan mengenai laporan terbaru Citi Global yang mengungkapkan faktor-faktor penghambat penyaluran pembiayaan hijau.

Sebelumnya, Citi melalui Citi Global Perspectives & Solutions (Citi GPS) merilis laporan terbaru bertajuk ‘Unlocking Climate and Development Finance’. Laporan tersebut menjelaskan mengenai faktor yang kerap kali menghambat penyaluran pembiayaan untuk proyek-proyek hijau secara global.

Laporan dari Citi itu mengkaji langkah-langkah untuk meningkatkan pendanaan ke berbagai wilayah geografis, industri, dan proyek-proyek yang dapat memberikan dampak signifikan sekaligus menghasilkan keuntungan sesuai dengan risiko.

Dalam laporan itu juga dijelaskan bahwa perbedaan selera risiko modal dan profil risiko proyek menjadi salah satu penyebab minimnya mobilisasi pendanaan untuk proyek-proyek terkait perubahan iklim

Meskipun fasilitas aliran modal sudah dipahami dengan baik, namun dibutuhkan lebih banyak proyek yang dapat dibiayai dan dapat diinvestasikan guna mendukung upaya penanganan perubahan iklim.

Sebagai catatan, sejak 2016 hingga 2020, berbagai proyek terkait perubahan iklim berhasil menggerakkan antara US$600 miliar hingga US$900 miliar rata-rata per tahun. Namun, untuk mencapai skenario nol bersih emisi atau net zero emission pada 2050, diperlukan sekitar US$125 triliun

Aliran pendanaan global untuk proyek hijau sebenarnya meningkat hampir dua kali lipat pada 2022 menjadi US$1,4 triliun. Namun, tetap saja perkiraan kesenjangan pendanaan iklim tahunan antara 2030 dan 2050 hampir tujuh kali lipat dari aliran dana 2022.

Chief Executive Officer Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan Citibank termasuk di Indonesia terus berupaya mengatasi berbagai faktor penghambat penyaluran pembiayaan hijau tersebut.

"Kami menggunakan keahlian untuk mendukung klien dalam mengatasi tantangan global dan berkontribusi pada upaya transisi energi," katanya dalam keterangan tertulis pada Senin (18/12/2023).

Di Indonesia, Citi telah menerapkan sejumlah inisiatif penting pendanaan terkait lingkungan hidup dan keberlanjutan, seperti penerbitan obligasi hijau (green bond) perdana untuk PT Pertamina Energy Geothermal Energy Tbk (PGE) senilai US$400 juta. 

Citi juga telah melakukan penandatanganan kesepakatan pembiayaan rantai pasok berkelanjutan atau sustainable supply chain finance (SSCF) dengan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia).

Sebelumnya, Head of Sustainability and Corporate Transitions Citi Asia Pacific Rapheal Erasmus mengatakan transaksi hijau menghadirkan peluang investasi yang besar, termasuk bagi Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan tujuannya untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060, dan berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030 hingga 41% dengan dukungan keuangan internasional. 

Dalam upayanya itu, Indonesia membutuhkan US$150 miliar hingga US$200 miliar per tahun untuk memenuhi tujuan nol bersihnya pada tahun 2060 atau lebih cepat. “Ini adalah kebutuhan pendanaan yang besar dan akan membutuhkan dukungan dari modal publik dan swasta,” kata Rapheal

Ditambah, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tengara yang memiliki risiko paling besar terkena dampak perubahan iklim. Berdasarkan data Bank Pembangunan Asia, perubahan iklim akan memangkas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara-negara di Asia Tenggara sebesar 11% pada akhir abad ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini