Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) masih membukukan kerugian pada 2023 dan menargetkan laba bersih yang positif pada tahun depan atau 2024. Sejumlah siasat akan dijalankan perseroan termasuk efisiensi ekstrem dan tak lagi 'bakar uang' atau jor-joran promo.
Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Neo Commerce Aditya Windarwo membeberkan bahwa bank telah menetapkan sejumlah target pada 2024. Penyaluran kredit misalnya ditargetkan tumbuh 20% - 25% pada 2024. Dana pihak ketiga (DPK) pun ditargetkan mengikuti pertumbuhan kredit bank.
Emiten bank digital berkode BBYB itu juga menargetkan kinerja laba positif pada tahun depan.
"Laba full year tahun depan. Saya tidak mau menyebutkan targetnya berapa, yang jelas ada inisiatif yang kami lakukan, ini berpengaruh ke tingkat laba," kata Aditya dalam public expose BBYB pada Selasa (19/12/2023).
BBYB sendiri masih membukukan kerugian pada tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan, hingga kuartal III/2023, BBYB membukukan rugi bersih Rp566,06 miiliar, meskipun rugi bersih bank susut 5,84% dibandingkan rugi bersih periode tahun lalu (year-on-year/yoy), yaitu Rp601,17 miliar.
Untuk membalikan kondisi dari rugi ke laba, Bank Neo Commerce menyiapkan sejumlah strategi yang akan dijalankan tahun depan. "Efisiensi biaya ekstrem dibandingkan periode sebelumnya," kata Aditya.
Ia mengatakan pada tahun pertama meluncur sebagai bank digital, Bank Neo Commerce banyak mengeluarkan biaya untuk program promosi. Alhasil, sejumlah beban menggunung dan bank membukukan kerugian. "Tapi kami kemudian dapat pembelajaran bahwa masuk ke pasar bisa dilakukan dengan lebih efisien," ujarnya.
Selain efisiensi, pada 2024 BBYB juga akan meningkatkan revenue stream, seperti dari pendapatan berbasis komisi atau fee based income. Bank juga berupaya menggenjot pendapatan dari lini produk non bank, seperti reksadana dan bancassurance.
Sebelumnya, Ahli pemasaran sekaligus Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Agus W. Soehadi mengatakan bagi bank digital, untuk masuk ke pasar dan bersaing memang dibutuhkan ongkos yang banyak, termasuk untuk promosi. Ditambah, saat ini persaingan bank digital makin ketat karena bermunculan bank-bank digital baru.
Akan tetapi, Agus mengatakan pada akhirnya layanan bank digital akan mirip satu sama lain. Dengan kondisi demikian, bank digital mesti memikirkan strategi untuk membuat nasabah bertahan.
“Cara lama seperti membakar uang untuk memberikan promosi atau benefit tertentu kepada nasabah sudah tidak terlalu efektif, dan tidak terlalu baik bagi keberlanjutan bisnis," ujar Agus dalam keterangan tertulis pada Agustus lalu (16/8/2023).
Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira juga mengatakan bank digital bisa menjalankan sejumlah strategi kolaborasi seperti menggandeng e-commerce dan platform dompet digital sebagai menjadi alternatif agar tidak terjadi penumpukan beban promosi.
“Dengan itu terbentuk loyalitas secara natural, secara alamiah, sehingga branding dan juga loyalitas konsumennya akan berulang,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel