Tebaran Jumbo Dividen Interim BBRI dan BBCA serta Kisi-Kisi Tahun Depan

Bisnis.com,21 Des 2023, 10:30 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi dividen jumbo. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Dua bank jumbo yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masing-masing telah mengumumkan tebaran dividen interimnya pada tahun buku 2023. Saham mana yang paling menarik bagi investor pengincar dividen atau dividend hunter?

Berdasarkan keterbukaan informasi, BBRI akan menebar dividen interim tahun buku 2023 sebesar Rp84 per lembar saham. Dividen interim itu akan ditebar bulan depan atau Januari 2024.

Adapun, nilai tebaran dividen interim BBRI mencapai Rp12,73 triliun, mengacu pada jumlah saham yang beredar di pasar sebanyak 151,55 miliar lembar.

Nilai tebaran dividen interim BBRI pada tahun buku 2023 mengalami kenaikan 47,5% jika dibandingkan dengan tebaran nilai tebaran dividen interim BBRI pada tahun buku 2022.

Sebagaimana diketahui, pada akhir tahun lalu, BBRI mengumumkan tebaran dividen interim tahun buku 2022 sebesar Rp8,63 triliun.

BRI menebar dividen interim mengacu data keuangan per September 2023. Tercatat, BRI telah meraup laba bersih yang distribusikan ke pengendali sebesar Rp43,99 triliun pada kuartal III/2023, naik 12,36% secara tahunan (year on year/yoy). 

Sementara BBCA telah terlebih dahulu menebar dividen interim mereka pada bulan ini. Nilai dividen interim yang dibagikan BCA kalah jumbo dibandingkan BRI, yakni Rp42,5 per saham atau setara Rp5,23 triliun.

Adapun, nilai tebaran dividen interim BCA juga naik sebesar 21,3% dibandingkan tebaran pada 2022 sebesar Rp35 per saham atau dengan nilai Rp4,31 triliun.

Tebaran dividen BBCA itu mengacu kinerja keuangannya yang moncer. Emiten Grup Djarum milik konglomerat Keluarga Hartono telah membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp36,4 triliun per September 2023, naik 25,8% yoy.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dividen interim umumnya relatif kecil dibanding dividen tunai secara final.

"Namun, dividen interim tetap saja menarik karena menunjukkan perusahaan profitable dan bagi investor menghasilkan cashflow," katanya kepada Bisnis pada Rabu (20/12/2023).

Adapun, Wawan menilai tebaran dividen interim juga tak akan memengaruhi signifikan kinerja harga saham. Meski begitu, emiten perbankan seperti BBRI dan BBCA, secara fundamental masih sangat baik.

"BBRI sendiri secara fundamental sangat baik dan dengan ekspektasi suku bunga akan mulai turun pada tahun depan maka sektor perbankan menjadi favorit," katanya.

Sebelumnya, analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim mengatakan pembagian dividen interim pada dasarnya dapat meningkatkan appetite investor untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.

“Hal tersebut dapat meningkatkan capital inflow maupun transaksi di pasar saham Indonesia,” kata Lukman.

Dia mengatakan mulai ramainya pembagian dividen interim pada semester II/2023 menjadi keuntungan bagi para pelaku pasar yang menerapkan strategi jangka panjang, dengan memanfaatkan adanya pembagian dividen interim.

“Sementara itu, investor jangka pendek juga dapat memanfaatkan momentum ini dengan memperhatikan dividend yield,” tuturnya.

Di tengah tebaran dividen interim, kinerja harga saham bank jumbo seperti BBRI dan BBCA memang masih meyakinkan.

Berdasarkan data RTI Business, harga saham BBRI masih di zona hijau, naik 12,35% sepanjang tahun berjalan (ytd) dan ditutup di level Rp5.550 pada penutupan perdagangan Rabu (20/12/2023).

Adapun, BBRI mencatatkan peningkatan harga saham 8,77% ytd dan terparkir di level Rp9.300 pada penutupan perdagangan Rabu (20/12/2023).

Proyeksi Tebaran Dividen BBRI dan BBCA Tahun Depan

Direktur Utama BRI Sunarso sempat mengatakan bahwa bank tidak segan membagikan dividen dengan rasio jumbo karena mempertimbangkan sejumlah kondisi.

Menurutnya, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) saat ini tergolong tebal, di level 27,47% per September 2023. Padahal, menuturnya kebutuhan risk management perseroan hanya butuh 17% hingga 17,5%

“Jadi, kita punya excess [kelebihan] modal 10%, sebut kalau setahun untuk meng-cover pertumbuhan itu hanya butuh 2% dari konsumsi capital, maka bisa sampaikan selama lima tahun ke depan, berapapun laba BRI harus dibagi dalam dividen,” ujarnya dalam Public Expose BRI pada beberapa waktu lalu.

Pada tahun buku 2022, BRI menjadi bank dengan rasio tebaran dividen tertinggi. BRI membagikan dividen tunai senilai Rp43,5 triliun, mencapai 85% dari total laba bersih tahun lalu.

Apabila berkaca dalam lima tahun terakhir, tebaran dividen BRI terus mencatatkan peningkatan rasio. Dibandingkan dengan rasio dividen pada 2018, yakni sebesar 49%, maka terjadi peningkatan rasio tebaran dividen 36 basis poin (bps) di BRI hingga mencapai 85% pada tahun buku 2022.

Sementara BBCA juga menjadi salah satu perusahaan yang dikenal royal membagikan keuntungan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Rekam jejak itu membuat saham BBCA menjadi salah satu anggota indeks IDX High Dividend 20.

BBCA membagikan dividen tunai sebesar Rp25,3 triliun pada tahun buku 2022 dengan rasio 62,1%. BCA pun mengalami peningkatan rasio dividen mereka dalam lima tahun terakhir. Pada 2018, bank menetapkan rasio dividen 32%, naik jadi 62,1% pada tahun buku 2022.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan BBCA memang mencatatkan tren peningkatan dividend per share kepada pemegang sahamnya.

Tercatat, dividend per share BBCA untuk tahun buku 2022 sebesar Rp205, apabila dibandingkan dengan sebelum Covid-19, dividend per share tahun buku 2018 senilai Rp68. Hal ini menunjukkan compounded annual growth rate (CAGR) dalam empat tahun mencapai 32%.

"Jadi luar biasa 32%, kalau yang selalu menerima dividen dari tahun 2018 dengan sekarang, lumayan investasi di mana bisa mencapai 32%," katanya dalam Public Expose BCA.

Lebih lanjut, dirinya memaparkan dari sisi return on equity (ROE) BBCA juga terus mengalami peningkatan yang positif. Per September 2023 ROE di level 23,5%, meningkat dibandingkan sebelum Covid-19 di level 18%.

“Artinya apa? Setiap Rp1 yang ditanamkan BCA return-nya 23,5% dalam sembilan bulan. Bila dibandingkan deposito ya sedikit. Mau cari di mana yang seperti ini?,” ujarnya. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini