Merger Molor, Harga Saham Bank Milik James Riady (NOBU) Moncer sepanjang 2023

Bisnis.com,21 Des 2023, 12:15 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Nasabah mengunjungi salah satu cabang Bank Nobu. /Lippomallkemang.com

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten bank milik taipan James Riady, PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) mencatatkan kinerja harga saham yang moncer sepanjang 2023. Moncernya harga saham NOBU terjadi di tengah gonjang-ganjing kabar merger dengan PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo.

Berdasarkan data RTI Business, harga saham NOBU melesat 48,36% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd). Harga saham NOBU terparkir di level Rp755 per lembar pada penutupan perdagangan Rabu (20/12/2023). 

Harga saham NOBU sempat menyentuh level tertinggi tahun ini Rp820 pada akhir November 2023.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan ada sejumlah faktor yang memengaruhi melesatnya harga saham NOBU sepanjang 2023.

"Untuk NOBU selain ditopang kinerja, juga right issue yang sukses dilaksanakan," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (20/12/2023).

NOBU tercatat membukukan kinerja keuangan yang bertumbuh pada 2023. NOBU membukukan laba bersih Rp104,4 miliar, naik 38,41% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III/2023.

Pada pertengahan tahun ini, NOBU juga bergeliat mempertebal modal dengan menggelar right issue sebanyak 2,19 miliar saham.

Pada aksi korporasi penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) III atau right issue tersebut, sejumlah pemegang saham NOBU turut terlibat memanfaatkan haknya seperti PT Putera Mulia, PT Prima Cakrawala Sentosa, PT Inti Anugerah Pratama, dan PT Star Pacific Tbk. (LPLI).

Adapun, dana yang dihimpun dari aksi ini sekitar 82,14% akan digunakan Bank Nobu sebagai modal kerja atau operational expenditure (OPEX) dalam bentuk penyaluran kredit.

Selain itu, moncernya harga saham NOBU ini terjadi di tengah rencana aksi korporasi merger dengan BABP. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan aksi korporasi seperti merger memang akan menjadi sentimen positif bagi emiten.

Namun, sentimen tersebut akan terbatas dampaknya di jangka pendek. Kabar merger NOBU dan BABP juga sudah lama ramai di pasar. Alhasil, kabar tersebut seharusnya sudah di-priced-in oleh pasar. 

"Seharusnya merger ini bisa menjadi dorongan atau penopang untuk recovery atau kenaikan harga emiten," kata Arjun kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Kabar merger kedua bank milik konglomerat itu telah mengemuka sejak awal 2023. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae kemudian sempat mengatakan bahwa merger Bank MNC dan Bank Nobu ditargetkan rampung Agustus 2023.

Namun, hingga 2023 hampir berakhir, merger kedua bank belum juga terlaksana. Dian mengatakan rencana merger Bank MNC dan Bank Nobu masih dalam proses, dan tidak ada perubahan komitmen dari kedua pemegang saham pengendali bank sehingga harus diwujudkan sesuai komitmen serta target kedua pemegang saham pengendali bank itu.

"OJK terus mendorong proses tersebut [merger BABP dan NOBU] dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-undanganan yang berlaku," kata Dian dalam jawaban tertulis pada beberapa pekan lalu (11/12/2023).

Dia mengatakan molornya pekaksanaan merger kedua bank itu dikarenakan masih adanya masalah-masalah teknis operasional yang masih dihadapi kedua bank, seperti proyeksi bisnisnya ke depan.

"Karena mereka kan agak sedikit berbeda. Terus juga masalah kepemilikan saham," kata Dian pada bulan lalu (14/11/2023) di Jakarta. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini