Investor Asing Berpotensi Borong Obligasi Indonesia pada 2024

Bisnis.com,21 Des 2023, 10:46 WIB
Penulis: Annisa Kurniasari Saumi
Investor mencari informasi penjualan obligasi melalui salah satu platform mobile banking di Jakarta, Sabtu (25/11/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Kepemilikan investor asing diperkirakan meningkat di surat utang atau obligasi pada tahun depan, meneruskan tren 2023.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan penurunan tingkat suku bunga The Fed memberikan potensi penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia pada tahun 2024 mendatang. 

Ketika penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia terjadi, lanjutnya, maka imbal hasil obligasi akan turun dan harga obligasi naik. Hal ini menurut Nico memberikan potensi kenaikkan harga obligasi tatkala tingkat suku bunga akan diturunkan. 

"Oleh sebab itu kami melihat asing tentu akan kembali masuk ke pasar Indonesia dan berinvestasi," tutur Nico, Rabu (20/12/2023). 

Dia menyebut saat ini porsi kepemilikkan asing masih berada di kisaran 15%. Dengan sentimen tersebut, porsi kepemilikan asing berpotensi untuk mencapai 15,5%-16% secara persentase pada tahun 2024 mendatang. 

Nico juga meyakini sejauh ini obligasi Indonesia merupakan obligasi paling menarik nomor 3 setelah Pakistan dan India di Asia Pasifik. 

Dengan fundamental Indonesia yang kuat, fiskal berjalan yang sehat, dan prospek di tahun 2024 mendatang cukup baik, hal ini akan membuat daya tarik berinvestasi di Indonesia semakin terbuka lebar.

Namun, kata dia, tantangan datang dari inflasi yang belum terkendali sepenuhnya, tensi geopolitik yang masih ada, dan penurunan tingkat suku bunga yang mungkin lebih lama. 

Selain itu, tantangan dari Pemilu Presiden Amerika 2024, serta potensi tingginya tensi Pemilu Indonesia akan membuat investor asing untuk berfikir dengan sebaik mungkin untuk masuk ke pasar Indonesia.

Adapun Nico melihat investor asing akan tertarik untuk berinvestasi pada obligasi jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia. 

"Obligasi jangka pendek untuk meredam volatilitas, dan obligasi tenor panjang untuk memaksimalkan keuntungan," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini