The Fed Mau Pangkas Suku Bunga, Sri Mulyani Sebut Dunia Sudah Lewati Shock Terburuk

Bisnis.com,22 Des 2023, 12:07 WIB
Penulis: Maria Elena
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar (kanan), dan Ekonom Senior Chatib Basri memberikan paparan saat acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Jakarta, Jumat (22/12/2023). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa sinyal pelonggaran suku bunga the Fed, bank sentral Amerika Serikat, menjadi kabar positif bagi gejolak perekonomian yang dihadapi saat ini.

“Ini memberi harapan paling tidak muncul optimisme karena situasi, berarti shock yang terburuk dari kenaikan suku bunga sudah dilewati,” katanya dalam Seminar Outlook Perekonomian Indonesia,” Jumat (22/12/2023).

Sebagaimana diketahui, the Fed pada pertemuan FOMC pekan lalu kembali mempertahankan suku bunga pada level 5,25-5,5% dan memberikan sinyal penurunan sebanyak tiga kali pada 2024.

Sri Mulyani mengatakan, suku bunga kebijakan the Fed ada kemungkinan turun pada semester kedua 2024 sehingga meredakan ketidakpastian di pasar keuangan global. 

Sebelumnya, tingkat suku bunga di negara itu diperkirakan tetap tinggi pada jangka waktu yang lebih lama.

“Untuk 2024 kalau dengan situasi suku bunganya tinggi dan bertahan agak lama, sekarang diskusinya lama itu berapa lama? Ada yang bilang 24 bulan, 18 bulan, dan sekarang lebih pendek lagi,” katanya.

Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan suku bunga negara maju, khususnya the Fed yang drastis hingga 500 basis poin memberikan shock yang besar, tidak hanya di negara itu, tetapi juga bagi global. 

Kenaikan suku bunga yang signifikan ini berisiko memicu resesi di AS. Akibatnya, prospek ekonomi global diperkirakan gelap oleh banyak lembaga internasional.

Namun demikian, saat ini ekonomi AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan sebelumnya sehingga prospek ekonomi global pun lebih baik dari perkiraan sebelumnya.

Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan bahwa risiko global yang masih perlu diwaspadai ke depan adalah perlambatan ekonomi China, di mana negara itu mengalami permasalahan fundamental yang tidak bisa diselesaikan dengan segera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini