Bisnis.com, JAKARTA — Perencana keuangan mengingatkan agar masyarakat mempersiapkan dana hari tua alias dana pensiun (dapen) sedini mungkin. Sebab, perencanaan untuk dana hari tua harus mampu membuat ekspektasi yang realistis, serta mampu membuat tujuan hidup setelah purna bakti
Financial Planner, sekaligus pendiri dan CEO dari ZAP Finance Prita Ghozie Hapsari mengatakan bahwa sebagai karyawan, gaji bulanan adalah sumber penghasilan utama yang akan digunakan untuk membiayai berbagai keperluan hidup.
Namun, pada saat masa pensiun tiba, maka karyawan diharuskan berhenti bekerja secara tetap di sebuah perusahaan. Bukan hanya itu, Prita juga menyampaikan bahwa saat ini, penghentian kerja di usia produktif banyak dialami masyarakat akibat krisis atau bahkan karena alasan lain.
Untuk itu, Prita menilai perencanaan yang holistik sejak awal bekerja adalah hal yang wajib dilakukan. Perencanaan hari tua ini meliputi pengembangan sumber daya keuangan, sumber daya pribadi dan mental, serta sumber daya sosial.
Pertama, mulai menabung dan berinvestasi sejak usia 20 tahun. Caranya, fokus untuk mengembangkan sumber daya keuangan perlu dilakukan sedari awal bekerja.
Karyawan harus bisa menyisihkan penghasilan. Untuk itu, maka penting untuk menyusun anggaran bulanan yang sesuai.
“Kesalahan terbesar saat menyusun anggaran adalah tidak sesuai dengan status kehidupan dan tidak realistis,” kata Prita kepada Bisnis, Rabu (27/12/2023).
Menurutnya, apabila sumber pemasukan datangnya konsisten setiap bulan, maka anggaran juga dapat disusun secara bulanan. Namun, apabila sumber pemasukan datangnya mingguan, misalnya, maka anggaran juga harus dipecah untuk per minggu supaya bisa lebih mudah.
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa umumnya setiap karyawan sangat disarankan untuk mengikuti program dari BPJS Ketenagakerjaan atau BPJamsostek. Dengan demikian, setidaknya ada 5,7% dari penghasilan yang dipastikan masuk ke tabungan Jaminan Hari Tua (JHT).
Selain itu, karyawan juga dapat mengikuti program Dana Pensiun Lembaga Keuangan atau DPLK secara sukarela. “Apalagi, iuran, hasil pengembangan serta pembayaran manfaat pensiun kelak juga memperoleh insentif pajak dari pemerintah,” imbuhnya.
Kedua, mulai untuk aktif terus mengembangkan kemampuan sejak usia 30 tahun. Jika di awal bekerja mungkin tuntutan untuk berpenghasilan bisa jadi mengalahkan kesempatan untuk pengembangan diri, dia menyarankan saat memasuki usia 30-an, usahakan juga untuk memberikan ruang bagi diri sendiri untuk berkembang.
“Mengapa penting? Karena dia usia 30 tahun, banyak studi mengungkap bahwa kematangan emosi dan berpikir sudah mulai terbentuk sehingga bisa jadi keahlian yang dibangun adalah investasi atas sumber daya pribadi dan mental,” ungkapnya.
Ketiga, bangun jejaring maupun komunitas. Prita menilai saat memasuki usia 40-an, sangat dianjurkan untuk juga membangun jejaring maupun komunitas.
“Menurut studi kasus di Hong Kong yang saya baca, hal ini merupakan investasi atas sumber daya sosial,” bebernya.
Sayangnya, lanjut Prita, masih banyak yang abai dengan investasi sumber daya sosial karena bisa jadi fokusnya hanya bagaimana bisa punya usaha dan tetap dapat penghasilan di masa pensiun.
“Padahal, hasil studinya mengungkap bahwa karyawan yang mampu membangun sumber daya sosial memiliki kemampuan untuk bertahan di hidup di masa pensiun dibandingkan yang hanya berfokus pada penumpukan aset semata,” pungkas Prita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel