Bisnis.com, JAKARTA -- Bisnis kartu kredit perbankan mengalami pasang surut dalam beberapa bulan terakhir dan diprediksi akan makin tertekan dengan hadirnya produk buy now pay later (paylater).
Berdasarkan Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan (SPIP) Bank Indonesia per Oktober 2023 mencatat jumlah kartu kredit yang terbitkan mencapai 18 juta keping. Jumlah ini kian menanjak dibanding 2022 lalu, yang hanya 17,2 juta kartu.
Meskipun jumlah kartu kredit yang terbit makin meningkat, nyatanya hal ini tidak secara signifikan memengaruhi volume transaksi kartu kredit.
Tercatat, pada Oktober 2023 yang tercatat hanya tumbuh terbatas sebesar 33,19 juta transaksi, angka ini turun secara bulanan, dibanding September 2023 yang menyentuh 33,37 juta transaksi.
Bahkan, tren penyusutan ini telah terlihat dua bulan sebelumnya, yakni Juli dan Agustus yang masing-masing sempat membukukan 34,53 juta dan 33,88 juta transaksi.
Lalu, bila dilihat dari nilai transaksi kartu kredit per Oktober 2023 memang menyentuh Rp34,08 triliun, naik tipis 2,04% dari September sebesar Rp33,39 triliun. Sayangnya, capaian tersebut turun jika dibanding Juli sebesar Rp36,13 triliun dan Agustus yang mencapai Rp34,38 triiun.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin pun tak menampik bahwa pesaing berat kartu kredit saat ini adalah bank-bank yang telah dan akan membuka fasilitas paylater melalui mobile banking yang ada.
“Bisnis kartu kredit cenderung turun bahkan sampai 20-30% di tahun ini. Tahun depan, saya rasa ini juga akan makin turun [trennya] dan sulit apabila bank hanya mengandalkan kartu kredit,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (27/12/2023).
Ke depan, menurut Amin, bisnis kartu kredit akan makin tertinggal, hal ini karena paylater menawarkan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki oleh kartu kredit. Mulai dari risiko keamanan yang cenderung termitigasi, pencairan dalam waktu singkat, hingga limit yang tak kalah besar.
“Produk kerja sama [kartu kredit] juga sekarang lebih banyak di e-commerce. Padahal, risiko cukup besar apabila kita membagi nomor kartu kredit dan CVV di jaringan internet, dibanding paylater yang memang secara risiko lebih rendah, prosesnya sederhana, tidak berbeli-belit, serta efisien,” katanya.
Strategi Perbankan
Saat ini, sejumlah perbankan, seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) mulai mengantisipasi langkah lanjutan seiring kuatnya sinyal bahwa bisnis paylater bakal mengungguli bisnis kartu kredit.
Department Head of Premium Partnership BNI Card Business Prilyanti Maulydia menyebut salah satu fokus BNI saat ini menyasar anak muda, sehingga perbankan terus menawarkan solusi yang sesuai kebutuhan dan tren yang ada.
“Banyak generasi muda yang apply enggak mau ribet. Jadi, kita [BNI] semuanya melalui digital akuisisi, kecepatan approval [kartu kredit] itu menjadi inovasi kita,” ujarnya dalam Contactless Talk di Jakarta beberapa pekan lalu.
Tak hanya itu, selain soal kecepatan, kemudahan juga menjadi hal yang diperhatikan BNI. “Misalnya, kemudahan untuk apply kartu kredit BNI. Hal-hal seperti itu kita optimis untuk mendapat customer baru seusia mereka [generasi milenial],” katanya.
Lebih lanjut, Maudy mengatakan terkait layanan paylater BNI, saat ini belum tersedia untuk end user customer. Meski begitu, dia menyebut BNI sendiri memiliki program cicilan 0% yang bisa memudahkan nasabah.
“Saat ini paylater-nya lebih ke B2B. Tapi, kami menyediakan cicilan 0% misal tenor 3 bulan. Lalu, untuk tenor lebih tinggi kami berikan bunga spesial yang bukan bunga transaksi ritel biasa,” ucapnya.
Hal serupa juga disampaikan Unsecured Business Head Bank Danamon Tresia Sarumpaet yang mengatakan sebagai penerbit kartu kredit, pihaknya terus menjalankan aksi strategis dalam mengikuti kebutuhan yang ada di pasar.
“Menurut kami, kartu kredit sudah jadi jawaban ya. Kami sudah ada Kartu Kredit Danamon GRAB dan Kredit Tanpa Agunan [KTA], di mana orang bisa memiliki limit yang besar,” ujarnya beberapa pekan lalu.
Dia menyebut Bank Danamon sendiri memang sudah mengeluarkan produk untuk generasi muda, di mana secara manfaat, fitur hingga limit yang disesuaikan dengan pendapatan, terutama bagi nasabah yang belum memiliki credit scoring.
Baginya, dengan adanya produk segmen muda bisa, kata Tresia, bisa membantu menunjang gaya hidup dan mengatur finansial dengan cashflow zero percent installment.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel