Bisnis.com, JAKARTA -- Konsolidasi perbankan cukup ramai sepanjang 2023 dan diperkirakan terus berlanjut pada tahun depan didorong oleh sejumlah faktor. Berikut sejumlah rencana konsolidasi yang akan berlangsung pada tahun naga kayu 2024.
Sebelum membahas sejumlah rencana tersebut, tak ada salahnya menyimak penjelasan dari ekonom terkait dengan kondisi yang akan mendorong konsolidasi perbankan tahun depan.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan salah satu faktor pendorong konsolidasi adalah tenggat waktu bagi bank pembangunan daerah atau BPD untuk memenuhi modal inti sebesar Rp3 triliun adalah akhir 2024.
Apabila bank gagal memenuhi permodalan yang diminta, maka harus bersiap turun menjadi bank perkreditan rakyat (BPR). “Konsolidasi BPD pasti terjadi, di mana BPD akan ramai-ramai melakukan pembentukan kelompok usaha bank [KUB],” ujarnya saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Rabu (28/12/2023).
Lalu, usai masa pemenuhan modal inti berakhir, dia pun menuturkan persaingan digital juga menjadi salah satu faktor yang mendorong konsolidasi bank. Di mana, hal ini didasari oleh keperluan modal besar untuk membangun ekosistem digital.
“Utamanya bank kecil tinggal nunggu saja untuk mereka diakuisisi atau merger, karena tanpa itu mereka tidak bisa bersaing di era digital, karena butuh modal untuk bangun ekosistem,” kata Pieter.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan langkah merger dan akuisisi perbankan tertuang dalam rencana bisnis bank (RBB) pada 2024. Namun, saat ini perbankan baru saja menyampaikan RBB-nya dan OJK sedang mengevaluasi RBB masing-masing bank itu.
"Pada prinsipnya OJK mendukung segala upaya konsolidasi perbankan dalam rangka mengembangkan industri perbankan yang sehat, efisien, dan berdaya saing serta berkontribusi terhadap perekonomian nasional," kata Dian dalam jawaban tertulis pada beberapa waktu lalu.
Dian juga sempat menyinggung bahwa faktor pendorong konsolidasi perbankan tahun depan adalah ketentuan mengenai pemisahan atau spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS).
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, terdapat sejumlah rencana konsolidasi perbankan tahun depan, di antaranya dari kalangan BPD, yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) atau Bank Jatim menggaet PT Bank Pembangunan Daerah NTB Syariah.
BJTM menargetkan selain melakukan pembentukan KUB dengan Bank NTB Syariah, Bank Jatim juga bakal mengincar Bank Lampung untuk bergabung ke dalam KUB.
Lalu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) juga membentuk KUB dengan Bank Bengkulu dan sedang dalam proses akhir.
Apabila seluruh proses KUB ini berjalan dengan lancar, maka struktur KUB bank BJB akan terdiri dari empat bank, yaitu bank BJB Syariah, Bank Bengkulu, Bank Sultra dan Bank Maluku Malut, dengan jaringan yang tersebar dari Indonesia bagian Barat sampai Indonesia bagian Timur
Kemudian, sejumlah bank pun memang memiliki rencana aksi merger atau akuisisi pada 2024. PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) misalnya berencana untuk menjalankan spin off UUS mereka BTN Syariah melalui akuisisi yang diperkirakan rampung pada April atau Juni 2024.
Terakhir, merger PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dengan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady juga masih dinanti.
Kabar merger kedua bank milik konglomerat itu mengemuka sejak awal 2023. Merger Bank MNC dan Bank Nobu sebenarnya ditargetkan rampung Agustus 2023. Namun, hingga 2023 hampir berakhir, merger kedua bank belum juga terlaksana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel