Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) berpeluang memangkas suku bunga acuan atau BI Rate mulai kuartal II/2024, pakar menilai hal ini dilandasi faktor pergerakan nilai tukar rupiah dan inflasi yang terus terjaga.
Sebelumnya, Dewan Gubernur BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 6%. Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan ini tetap konsisten dengan kebijakan moneter yang prostability, untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024.
Executive Director Segara Research Institute Piter Abdullah menilai saat ini tekanan terhadap rupiah sudah menurun, bahkan saat ini secara keseluruhan tahun 2023, mata uang Tanah Air relatif menguat dibanding 2022. Oleh karena itu, dari sisi pergerakan nilai tukar tidak ada tekanan untuk BI terus menahan suku bunga.
"Diperkirakan kita juga bisa menjaga ini di 2024,” ujarnya di Wisma Bisnis Indonesia pekan lalu, (28/12/2023).
Selain itu, dirinya menilai saat ini inflasi terus relatif terjaga meskipun terdapat tantangan berupa El Nino yang dapat meningkatkan potensi gangguan supply pangan.
“Berdasarkan prediksi BMKG bahwasanya musim hujan mulai berlangsung mulai Januari-Februari, itu berarti persoalan dari produksi pangan kita akan sedikit teratasi, akan ada penurunan inflasi di periode awal di 2024,” ujarnya.
Bahkan, dirinya memprediksi inflasi akan turun ±3% , tepatnya di kisaran 2% hingga 3%. Sehingga, menurut Piter, tidak ada faktor yang memaksa BI untuk menahan suku bunga di level tinggi.
“Perkiraan turun kuartal II/2024, karena BI pasti perlu cek di kuartal I/2024 soal pergerakan rupiah dan inflasi,” ucapnya.
Sebelumnya, BI juga memperkirakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, akan turun pada semester kedua 2024 sebesar 50 basis poin.
“Kami memperkirakan FFR [Fed Funds Rate] turunnya masih di semester II, total 50 basis poin. Dan tentu saja kita lihat bulan-bulan selanjutnya dan kami akan update perkembangan tersebut,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (21/12/2023).
Perry mengatakan pasar memperkirakan penurunan suku bunga the Fed kemungkinan dilakukan lebih awal, pada kuartal II/2024.
Selain itu, pasar juga melihat adanya kemungkinan FFR turun sebesar 75 basis poin tahun depan. Namun demikian, BI memandang, suku bunga the Fed akan tetap ditahan pada semester I/2024.
“Kami menangkapnya FFR sudah di peak-nya, tidak akan naik lagi dan kemungkinan semester I dipertahankan untuk ensuring AS ini soft landing,” jelasnya.
BI juga memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh lebih kuat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya pada 2023, meski akan melambat pada 2024. Di sisi lain, laju inflasi di sektor jasa mereda, tetapi masih relatif tinggi.
“Kesimpulannya, kami pertahankan FFR turun semester II totally 50 basis poin. Kami akan terus meng-update apakah ada kemungkinan ini lebih awal,” tutur Perry.
Dengan perkembangan tersebut, imbuh Perry, ketidakpastian pasar keuangan mulai mereda, yang tercermin dari aliran modal yang mulai kembali masuk dan menurunkan tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market, termasuk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel