Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah berencana membubarkan dan melikuidasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) atau Jiwasraya, seiring dengan program restrukturisasi polis Jiwasraya ke PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) yang berjalan baik.
Mengutip dari laman resminya, Rabu (3/1/2024), program restrukturisasi polis Jiwasraya merupakan upaya penyelamatan polis Jiwasraya oleh pemerintah dan meminimalisir kerugian yang akan dialami pemegang polis dan negara.
Program restrukturisasi polis ini juga dilakukan karena kondisi keuangan Jiwasraya yang terus tertekan akibat beban bunga atas produk di masa lampau. Jiwasraya sendiri merupakan perusahan asuransi jiwa milik negara (BUMN) yang berdiri sejak 1859.
Lalu, apakah likuidasi Jiwasraya merupakan jalan yang terbaik?
Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim melihat likuidasi sebuah perusahaan asuransi merupakan langkah akhir apabila penyelamatan perusahaan sudah diusahakan dengan maksimal.
Jika menengok jumlah restrukturisasi polis Jiwasraya ke IFG Life yang telah mencapai 99,7%, kata dia, maka langkah selanjutnya adalah melakukan likuidasi.
Dia menuturkan bahwa jika dilihat dari angka persentase, mayoritas pemegang polis Jiwasraya telah menerima restrukturisasi tersebut.
“Mungkin ini adalah jalan terbaik dari sekian banyak pilihan sulit yang dapat diambil oleh pemegang saham selama dapat diterima oleh pemegang polis dan berdampak baik bagi industri asuransi di Indonesia,” kata Abitani kepada Bisnis, Rabu (3/1/2024).
Jika merujuk laporan keuangan perusahaan, Jiwasraya memiliki total aset senilai Rp6,77 triliun pada kuartal I/2023. Aset perusahaan turun 0,29% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp6,79 triliun.
Di sana terlihat jumlah investasi Jiwasraya mencapai Rp6,19 triliun sedangkan jumlah bukan investasi senilai Rp577 miliar. Untuk jumlah investasi, Jiwasraya mencatat instrumen investasi yang paling tinggi adalah tanah dan bangunan yang nilainya mencapai Rp3,11 triliun.
Jiwasraya juga memiliki total utang mencapai Rp3,68 triliun. Dari sana, utang klaim mencapai Rp1,9 triliun pada periode tersebut. Sedangkan jumlah liabilitas yang ditanggung adalah Rp9,87 triliun per 31 Maret 2023. Kemudian, jumlah ekuitas tercatat negatif Rp3,09 triliun.
Kendati demikian, Jiwasraya masih mengantongi pendapatan senilai Rp71,83 miliar meski turun, yang salah satunya berasal dari premi senilai Rp47,69 miliar.
Dalam laporannya tertulis, Jiwasraya telah melakukan pembayaran klaim dan manfaat senilai Rp141,21 miliar pada kuartal I/2023.
Dari sisi kesehatan keuangan, Jiwasraya mencatat tingkat solvabilitas atau risk-based capital (RBC) jauh dari ketentuan yang diminta regulator sebesar 120%. Pada kuartal I/2023, RBC Jiwasraya anjlok di angka -1.349,60%. Sedangkan rasio kecukupan investasi (RKI) dan rasio likuiditas masing-masing sebesar 20,13% dan 14,03%.
Selayaknya perusahaan asuransi, Jiwasraya memiliki reasuransi. Dalam laporan tersebut, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menjadi reasuradur sebesar 73,06%. Ada pula, PT Tugu Reasuransi Indonesia dan PT Maskapai Reasuransi Indonesia yang masing-masing sebesar 25,40% dan 1,54%.
Saat dikonfirmasi, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menyatakan bahwa kontrak perusahaan sebagai reasuradur Jiwasraya telah berakhir pada 2023.
Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat mengatakan bahwa semua pemutusan kontrak reasuransi antara Indonesia Re dengan Jiwasraya sudah dituntaskan sepanjang 2023. Pasalnya, Delil menjelaskan bahwa sebelumnya Indonesia Re menjadi reasuradur utama Jiwasraya.
Jika menengok laporan keuangan Jiwasraya yang diunggah di laman resminya, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menjadi reasuradur utama Jiwasraya, yaitu sebesar 73,06% pada kuartal I/2023.
“Sekarang kontrak antara Indonesia Re dan Jiwasraya sudah berakhir, sudah kami tuntaskan di tahun 2023 ini,” kata Delil kepada Bisnis.
Sebagai reasuradur Jiwasraya, Delil menjelaskan bahwa yang ditransfer kepada Indonesia Re sebagai reasuradur adalah risiko proteksi atau risiko mortality.
“Jadi, sebenarnya kegagalan Jiwasraya di masa lalu yang lebih disebabkan oleh kekurangan pencadangan internal dan juga masalah investasi tentu sebenarnya tidak terkait dengan program reasuransi mereka,” jelas Delil.
Selanjutnya, Delil mengungkap Indonesia Re tengah melakukan negosiasi dengan PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life), anak usaha Indonesia Financial Group (IFG), di mana posisi Indonesia Re tetap sebagai reasuradur IFG Life.
Ke depan, Delil menuturkan bahwa Indonesia Re akan terus menjadi partner bagi IFG Life yang melanjutkan bisnis Jiwasraya. Nantinya, posisi Indonesia Re sebagai reasuradur IFG Life tergantung dari premi yang disalurkan ke perusahaan.
“Kita lihat nanti perkembangannya bagaimana. Apabila ternyata sebagian besar premi IFG Life memang disalurkan kepada Indonesia Re, berarti kami menjadi pilihan utama mereka [sebagai reasuradur utama],” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel