Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan perusahaan asuransi untuk menyesuaikan kebijakan investasinya berdasarkan karakteristik kewajiban perusahaan, durasi dan kualitas aset yang dipilih, serta aspek likuiditas agar perusahaan mampu membayar semua kewajiban yang jatuh tempo.
“Dengan pendekatan ini kami mendorong perusahaan untuk secara aktif memonitor proses assets-liabilities matching sehingga penetapan asset yang akan dipilih mempertimbangkan durasi kewajiban, durasi dan kualitas assets, dan aspek likuiditas,” kata Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Iwan Pasila saat dihubungi Bisnis, Jumat (5/1/2024).
Iwan mengatakan regulator juga mendorong perusahaan asuransi untuk mempertimbangkan proyeksi kondisi perekonomian baik domestik maupun global yang meskipun diprediksi mulai lebih jelas namun dampaknya bisa positif atau negatif bergantung dari strategi yang dipilih. Regulator juga mendorong perusahaan untuk memperhatikan portofolio produk yang sedang dan akan dijual.
“Agar mempertimbangkan dengan baik ketersediaan aset yang berkualitas yang ada di pasar, serta dampak pergerakan pasar terhadap nilai aset dan kewajiban,” ungkapnya.
Berdasarkan data sampai akhir November 2023, portofolio investasi terbesar asuransi jiwa berada di Surat Utang Negara (SUN), obligasi korporasi juga masih cukup besar.
Dari sisi pemain, PT Asuransi BRI Life (BRI Life) masih berfokus pada penempatan instrumen investasi ke Surat Utang Negara (SUN) pada 2024. Bahkan total portofolio ke SUN kemungkinan akan mendekati 80% dari total keseluruhan investasi tahun ini.
“Kami masih sama, sebagian besar komposisinya di SUN. Dan kedepannya akan sama mungkin mendekati 80%,” kata Plt. Direktur Utama BRI Life I Dewa Gede Agung saat dihubungi Bisnis, Jumat (5/1/2024).
Selain SUN, BRI Life juga menempatkan instrumen investasi pada reksadana dan pasar uang. Dewa menyebut bahwa komposisi penempatan tersebut berbeda dengan kondisi pada industri asuransi jiwa yang dominan menempatkan dalam komponen SUN dan saham.
Dewa memastikan bahwa BRI Life dalam melakukan kegiatan investasinya menerapkan prinsip aman. Selain itu juga tetap bersifat likuid dan bisa mendukung profitabilitas perseroan.
Sementara itu, PT BNI Life Insurance (BNI Life) berusaha untuk mencari keamanan dan likuiditas dana, namun tetap mengoptimalkan hasil investasi.
“Kami masih akan tetap berinvestasi lebih banyak di instrumen pendapatan tetap sekitar lebih dari 80%, money market [pasar uang] sekitar 10% untuk menjaga likuiditas,” kata Plt. Direktur Utama BNI Life Eben Eser Nainggolan kepada Bisnis, Jumat (5/1/2024).
Adapun instrumen pendapatan tetap tersebut antara lain yakni obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Di sisi lain, meskipun investasi berisiko lebih tinggi disebut akan menarik di tengah ekspektasi penurunan, Eben menyebut bahwa perseroan belum ingin menaruh lebih banyak ke instrumen saham. Penempatan instrumen saham BNI Life kemungkinan hanya sekitar 10% dari total keseluruhan investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel