Alasan Tokio Marine Life Tempatkan Investasi Paling Banyak di Saham

Bisnis.com,06 Jan 2024, 08:20 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia menempatkan investasinya paling banyak ke instrumen saham. Strategi tersebut pun masih akan digunakan perusahaan pada tahun ini./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan asuransi jiwa PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia menempatkan investasinya paling banyak ke instrumen saham. Strategi tersebut pun masih akan digunakan perusahaan pada tahun ini. 

“Porsi saham masih memainkan peran yang besar pada tahun ini, jika dibandingkan kelas aset lain untuk portofolio unit-linked,” ungkap Head of Investment Tokio Marine Life Insurance Indonesia Cholil Ridwan saat dihubungi Bisnis, Jumat (5/1/2024). 

Cholil menekankan bahwa kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun lalu relatif lagging dibandingkan dengan indeks saham Amerika Serikat (AS) dan indeks saham regional. Dengan demikian, pihaknya optimistis menatap 2024 dengan pertimbangan suku bunga The Fed sudah mencapai puncak. 

Belum lagi, lanjut Cholil, pasar juga memprediksi pemangkasan suku bunga akan terjadi pada semester kedua 2024. Menurutnya hal tersebut akan berdampak kepada turunnya funding cost sehingga ekonomi akan lebih bergairah. 

“Inflasi juga di AS sudah dalam fase downtrend begitu juga dengan inflasi Indonesia yang sudah dalam kisaran range BI,” ungkapnya. 

Cholil mengatakan katalis positif tersebut akan mendorong kinerja IHSG membaik disamping 2024 juga tahun pemilu yang biasanya berdampak positif ke aktivitas ekonomi. Selain saham, Tokio Marine juga menempatkan investasinya pada instrumen deposito berjangka dan obligasi pemerintah .

“Untuk deposito berjangka dan obligasi pemerintah porsinya berimbang,” kata Cholil.

Dalam laporan keuangan konvensional Tokio Marine Life Oktober 2023, perseroan mencatatkan investasi sebanyak Rp1,68 triliun. Angka tersebut turun 7,46% dibandingkan dengan Oktober 2022 yakni Rp1,83 triliun. Turunnya jumlah tersebut tampaknya terjadi lantaran beberapa instrumen investasi yang mencatatkan penurunan.

Seperti halnya deposito berjangka yang turun dari sebelumnya Rp489 miliar, menjadi Rp392 miliar pada Oktober 2023. Sementara reksa dana menjadi Rp165 miliar pada Oktober 2023, dari sebelumnya Rp193 miliar pada Oktober 2022. 

Surat Berharga Pemerintah (SBN) mencapai Rp368 miliar, turun 8% dibandingkan Rp400 miliar pada Oktober 2022. Sementara obligasi korporasi hanya  mencapai Rp29 miliar, atau turun sedikit dibandingkan Oktober 2022 yakni Rp30 miliar. 

Saham memiliki porsi terbanyak mencapai Rp741 miliar pada Oktober 2023, dan naik 3,05% dari sebelumnya Rp719 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini