Bisnis.com, JAKARTA — Memiliki profitabilitas yang kuat tentunya menjadi target perusahaan asuransi. Dengan mengantongi profit yang tinggi perusahaan asuransi bisa terus mengembangkan bisnisnya dan sustain.
Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim mengatakan supaya tetap untung, perusahaan asuransi harus menyesuaikan strategi bisnis dengan peraturan dan lingkungan yang ada.
Menurutnya, pada dasarnya perusahaan asuransi mengandalkan keuntungan dari tiga sumber pendapatan yakni pendapatan underwriting, pendapatan investasi dan pendapatan administrasi.
“Keuntungan underwriting dapat diraih dengan praktik prudent underwriting dengan memastikan kecukupan pendapatan premi neto untuk membayar klaim,” kata Abitani kepada Bisnis, dikutip Sabtu (6/1/2024).
Untuk hasil Investasi, Abitani mengatakan pendapatan investasi dari dana cadangan premi yang sesuai dengan tingkat bunga teknis aktuaria dan hasil investasi dari dana perusahaan. Menurutnya investasi harus sesuai dengan batasan yang dibolehkan peraturan dan sesuai dengan risk appetite perusahaan.
“Strategi investasi perusahaan harus dibuat dan diarahkan oleh komite investasi perusahaan sesuai dengan kebijakan Investasi yang berlaku,” ungkapnya.
Dari ketiga sumber keuntungan perusahaan asuransi di atas, Abitani mengatakan peningkatan profitabilitas perusahaan dapat diraih dari kombinasi tiga sumber tersebut dan menghindari concentration risk pada pendapatan investasi saja. Terlebih mengingat pada saat ini ada kewajiban untuk menempatkan paling sedikit 30% dari total investasi dalam Surat Berharga Negara (SBN).
Kendati demikian, dia menilai bahwa investasi pada instrumen yang berisiko tinggi seperti saham juga masih menarik. Menurutnya perusahaan asuransi yang banyak menempatkan investasi di saham risk appetite- nya yakni risk taker.
Seperti halnya, perusahaan asuransi jiwa PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia yang menempatkan investasinya paling banyak ke instrumen saham.
“Porsi saham masih memainkan peran yang besar pada tahun ini, jika dibandingkan kelas aset lain untuk portofolio unit-linked,” ungkap Head of Investment Tokio Marine Life Insurance Indonesia Cholil Ridwan saat dihubungi Bisnis, Jumat (5/1/2024).
Cholil menekankan bahwa kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun lalu relatif lagging dibandingkan dengan indeks saham Amerika Serikat (AS) dan indeks saham regional. Dengan demikian, pihaknya optimistis menatap 2024 dengan pertimbangan suku bunga The Fed sudah mencapai puncak.
Belum lagi, lanjut Cholil, pasar juga memprediksi pemangkasan suku bunga akan terjadi pada semester kedua 2024. Menurutnya hal tersebut akan berdampak kepada turunnya funding cost sehingga ekonomi akan lebih bergairah.
“Inflasi juga di AS sudah dalam fase downtrend begitu juga dengan inflasi Indonesia yang sudah dalam kisaran range BI,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel