Bos OpenAI Sam Altman Bicara soal Islamophobia di Industri IT, Dampak Serangan Israel

Bisnis.com,07 Jan 2024, 10:10 WIB
Penulis: Arlina Laras
CEO OpenAI sekaligus pendiri ChatGPT Sam Altman saat bertemu awak media di Jakarta, Rabu (14/6/2023). Bisnis/Hendri T Asworo

Bisnis.com, JAKARTA -- CEO OpenAI Sam Altman menilai bahwa anggota komunitas Muslim dan Arab di industri teknologi merasa enggan membicarakan hal berkaitan dengan dampak dari serangan Israel dan perang yang sedang berlangsung di Gaza.

Melansir dari Reuters, Altman mengungkapkan bahwa rekan kerja yang tergabung dalam komunitas tersebut mungkin merasa tidak nyaman untuk berbicara lantaran sejumlah alasan.

“Rekan-rekan Muslim dan Arab [terutama Palestina] di komunitas teknologi yang saya ajak bicara, merasa tidak nyaman berbicara tentang pengalaman mereka, sering kali didasarkan atas ketakutan akan pembalasan dan merusak prospek karier [mereka],” tulis Altman di X, yang dikutip pada Minggu (7/1/2024).

Padahal, sang bos ChatGPT yang juga didukung oleh Microsoft ini sendiri memang telah mendorong industri teknologi untuk memperlakukan anggota komunitas Arab dan Muslim dengan empati.

Adapun, seorang pengguna di X bertanya kepada dirinya dalam sebuah balasan bagaimana perasaannya tentang pengalaman menjadi bagian dari komunitas Yahudi.

Altman pun merespons bahwa dirinya melihat banyak dukungan dari rekan-rekan di industri teknologi untuknya sebagai orang Yahudi. Namun, dia juga mencatat bahwa dukungan semacam itu tampaknya lebih sedikit untuk umat Muslim

"Saya orang Yahudi. Saya percaya bahwa antisemitisme adalah masalah yang signifikan dan semakin meningkat di dunia, dan saya melihat banyak orang di industri kita yang membela saya, yang sangat saya hargai. Namun, saya tidak melihat hal seperti itu terjadi pada umat Muslim,” ungkapnya. 

Tangkapan layar cuitan X Sam Altman @sama

Sebagai catatan, antisemitisme adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk tindakan penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga.

Saat ini, para pendukung hak asasi manusia mencatat bahwa antisemitisme dan Islamophobia telah meningkat tajam di Amerika Serikat dan tempat lain sejak 7 Oktober ketika kelompok Islamis Palestina, Hamas, menyerang Israel dan menewaskan 1.200 orang, menurut data Israel.

Adapun, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel berikutnya terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 22.000 warga Palestina, hampir 1% dari populasi 2,3 juta orang di Gaza.

Dewan Hubungan Amerika-Islam menyatakan bulan lalu bahwa dalam dua bulan setelah perang dimulai, insiden yang dipicu oleh Islamophobia dan prasangka terhadap Palestina dan Arab meningkat 172% di Amerika Serikat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

The Anti-Defamation League atau Liga Anti-Pencemaran Nama Baik menyatakan sekitar 7 Oktober dan 7 Desember 2023, insiden antisemitisme di Amerika Serikat meningkat sebesar 337%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini