Bisnis.com, JAKARTA — Logam-logam baterai termasuk nikel dan lithium diprediksi tetap akan redup seiring berlanjutnya kelebihan pasokan. Di antara sejumlah emiten nikel Indonesia, ada yang tetap jadi sasaran aksi borong BlackRock Inc. pada awal tahun ini.
Harga nikel sepanjang tahun lalu terpangkas 45%, menjadi logam berperforma terburuk di London Metal Exchange (LME). Adapun, hingga Senin (15/1/2024), nikel di LME terkoreksi 0,47% ke level US$16.343 per ton, yang juga mewakili penurunan 1,77% secara year-to-date (YtD).
Tidak hanya nikel, logam baterai lain juga mengalami nasib serupa. Lithium jatuh ke level yang belum pernah terlihat sejak 2021, dengan sejumlah analis memproyeksi kondisinya akan tetap bertahan hingga 2028 di tengah kelebihan pasokan. Demikian juga dengan kobalt yang telah kehilangan dua pertiga nilainya sejak mencapai puncak harga pada 2022.