Kredit Bank ke Sektor Tambang Ngegas! Intip Kondisi di BBCA, BNI, BMRI

Bisnis.com,15 Jan 2024, 10:45 WIB
Penulis: Arlina Laras
Sejumlah kapal tongkang yang mengangkut batubara berada di Sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laju penyaluran kredit di sektor pertambangan terus meningkat di tengah gencarnya langkah perbankan dalam menyalurkan pembiayaan hijau di Tanah Air. Lantas, bagaimana kondisinya di sejumlah bank jumbo, seperti BCA, BNI, hingga Bank Mandiri?

Berdasarkan laporan Surveillance Perbankan Indonesia, penyaluran kredit untuk industri pertambangan dan penggalian meningkat 22,66% (year-on-year/yoy) menjadi Rp270 triliun pada kuartal III/2023 dari periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp220,12 triliun.

Porsi kredit ini mencapai 3,95% dari total kredit yang mencapai Rp6.837 triliun. Bahkan, pertumbuhan yang signfikan justru terjadi pada kuartal III/2022, di mana penyaluran kredit ke segmen ini tumbuh pesat menjadi 49,51% (yoy) dari Rp147,23 triliun menjadi Rp220,21 triliun.

“Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh subsektor pertambangan batubara serta pertambangan logam dan bijih timah yang tumbuh tinggi masing-masing 39,43% [yoy] dan 22,66% [yoy],” tulis OJK yang dikutip, Senin (15/1/2024).

Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) sektor pertambangan dan penggalian tercatat membaik dari 2,75% menjadi 2,13% dengan penurunan nominal NPL sebesar Rp308,71 miliar (yoy).

OJK mencatat perbaikan rasio NPL tersebut utamanya didorong oleh subsektor pertambangan batu bara, penggalian gambut, gasifikasi batubara, dan pembuatan briket batu bara.

Mengacu pada data Minerba One Data Indonesia (MODI) dari Kementerian ESDM, kinerja subsektor pertambangan batubara pada kuartal III/2023 secara keseluruhan menunjukkan tren positif yaitu sebesar 5,71% (qtq) dibandingkan kuartal II/2023.  

Salah satu faktor utama yang ditengarai mendorong terjadinya peningkatan produksi bata bara nasional yaitu menguatnya permintaan batu bara global terutama dari China dan India.

Secara bersamaan, tingginya permintaan akan komoditas tersebut dapat direspon oleh beberapa perusahaan pertambangan batu bara dalam negeri dengan cara meningkatkan kapasitas produksinya.

“Hal tersebut tentunya memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional mengingat batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia,” demikian isi laporan OJK.

Penyaluran kredit tambang di BBCA, BMRI, BBNI

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjelaskan perseroan memiliki prosedur mitigasi risiko yang ketat, khususnya pada industri yang memiliki potensi risiko tinggi terhadap lingkungan, diantaranya sektor batu bara.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn menyebut salah satu caranya melalui penerbitan kebijakan sektoral khusus tambang batu bara, serta mengintegrasikan Environment & Social Risk Assessment (ESRA) secara bertahap kepada debitur dalam proses penilaian risiko kredit.

"Terkait kredit untuk sektor batubara, perseroan konsisten mendukung segala kebijakan pemerintah pada berbagai sektor yang sesuai dengan kaidah perbankan serta ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan juga sebagai intermediari keuangan untuk mendukung kedaulatan perekonomian nasional," ujarnya pada Bisnis, Senin (15/1/2024.

Tercatat, kata Hera, komposisi kredit BCA untuk sektor batu bara sangatlah kecil, kurang dari 1% dari total kredit yang disalurkan perseroan per September 2023.

"Pembiayaan ini dilakukan dalam rangka mendukung penyediaan pasokan listrik bagi masyarakat diseluruh pelosok Indonesia," katanya.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Alexandra Askandar mengatakan sebagai bank milik negara, Bank Mandiri harus bisa seimbang dalam mendukung proyek energi sesuai rentang waktu menuju net zero emission (NZE). 

"Bank Mandiri punya komitmen dukung agenda pemerintah termasuk agenda nasional, tidak bisa keluar dari PLTU [pembangkit listrik tenaga uap] atau batu bara tanpa perhatikan roadmap pemerintah," katanya beberapa waktu lalu.

Batu bara memang masih menjadi penggerak energi dunia di tengah upaya peralihan kepada energi hijau. Bank Mandiri pun masih memiliki portofolio kredit ke sektor batu bara.

Tercatat, per September 2023 porsi penyaluran kredit ke batu bara mencapai 3,2% terhadap nilai kredit bank only. Porsian ini meningkat dibanding periode September 2022 yang hanya mencapai 2,2% terhadap total kredit bank only.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga mencatat peningkatan di mana saat ini porsian kredit batu bara berada di level 3% pada kuartal III/2023, dari sebelumnya 2,5% terhadap total kredit bank only.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan juga menilai tren kredit batu bara akan terus berlanjut hingga tahun ini.

“Ini lantaran transisi ke energi terbarukan tidak dapat dengan cepat dilakukan, tapi harus bertahap,” ujarnya pada Bisnis, pekan lalu (10/1/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini