Bisnis.com, JAKARTA -- Chief India and Indonesia Economist HSBC Pranjul Bhandari memprediksi pertumbuhan kredit perbankan berada di level 9% tahun ini. Hal ini seiring perkiraan bahwa Bank Indonesia (BI) bakal melakukan penurunan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin (bps).
Adapun, kata Pranjul salah satu alasan pertumbuhan kredit mulai meningkat beberapa bulan lalu adalah karena inflasi mulai turun, khususnya inflasi inti yang turun cukup drastis pada tahun 2023, alias kurang dari 2%.
“Jika [BI menurunkan suku bunga] terwujud, hal ini akan menjadi peluang lain bagi pertumbuhan kredit dalam perekonomian,” ujarnya dalam agenda HSBC Asian Outlook 2024, Selasa (16/1/2024).
Lebih lanjut, menurutnya dengan penurunan suku bunga ke depan, akan berdampak pada meningkatnya daya beli riil masyarakat di luar sana membeli barang-barang dan juga mengambil pinjaman bank untuk membeli banyak barang lainnya.
Pada kesempatan terpisah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyebut pertumbuhan penyaluran kredit perbankan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan dari sisi eksternal, ketidakpastian global dapat mempengaruhi kondisi ekonomi domestik baik melalui jalur perdagangan, komoditas, maupun keuangan atau moneter.
“Sementara itu, dari sisi internal kecenderungan kenaikan suku bunga juga ikut membuat permintaan sedikit tertahan sehingga sebagian perusahaan korporasi justru menggunakan dana internal [self-financing] untuk kebutuhan pendanaan,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (16/1/2024)
Menurut Dian, dengan kombinasi aspek eksternal dan internal tersebut, perbankan tentunya perlu mencermati proyeksi kondisi ekonomi ke depan untuk dapat memetakan potensi risiko yang akan dihadapi sekaligus melakukan mitigasi risiko termasuk melalui analisis kredit yang lebih mendalam.
Sebelumnya, Dian menyebut pihaknya telah menerima rencana bisnis bank (RBB) yang berisi proyeksi pertumbuhan bisnis untuk periode 2024-2026. Dengan melihat kondisi makro yang terjaga baik di 2024, maka kredit perbankan dipastikan melanjutkan tren positif.
“Berdasarkan RBB di tahun 2024 berada di level dobel digit. Itu harapan kita,” ujarnya dalam Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Desember 2023, Selasa (9/1/2024).
Menurutnya, hal ini sejalan dengan kondisi makro ekonomi Indonesia dan tetap tumbuh stabil di kisaran 5%, yang juga ditopang permintaan konsumen yang cukup kuat dan secara bersamaan terkait dengan aktivitas penyelenggaraan Pemilu 2024.
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya, menyampaikan terkait penyaluran kredit, BCA senantiasa memperhatikan saran dan masukan dari pemerintah, regulator dan otoritas perbankan.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan pada prinsipnya, BCA senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor.
“Kami optimis dengan senantiasa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makro ekonomi,” katanya pada Bisnis.
Sebagai informasi, per September 2023, pertumbuhan total kredit mencapai 12,3% yoy atau 7,7% ytd yang didukung oleh semua segmen kredit, dari UKM ke Korporasi, hingga di segmen kredit Konsumer. Angka ini di atas rata-rata industri.
Melansir data yang dihimpun dari Bloomberg, sejumlah jumbo Tanah Air telah memperkirakan pertumbuhan pinjaman akan mencapai 10% atau lebih pada 2024.
Misal, PT Bank Mandiri Persero Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang memproyeksikan pertumbuhan kredit sebesar 10%-12% pada 2024. Sementara, BCA dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) kompak menetapkan target 10% untuk tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel