Rupiah dan Mata Uang Asia Melemah Digilas Dolar AS

Bisnis.com,16 Jan 2024, 09:33 WIB
Penulis: Rizqi Rajendra
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.580 pada perdagangan hari ini, Selasa (16/1/2024). Mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah tergerus oleh penguatan dolar AS pada pagi ini.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,16% atau 25,5 poin ke level Rp15.580 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,36% ke posisi 102,77 pada pagi ini.

Sederet mata uang kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS, misalnya, yen Jepang melemah 0,16%, dolar Singapura ambles 0,23%, dolar Taiwan turun 0,43%, won Korea turun 0,65%, yuan China turun 0,15%.

Selanjutnya, peso Filipina turun 0,13%, ringgit Malaysia melemah 0,31%, baht Thailand merosot 0,52%. Hanya rupee India dan dolar Hongkong yang menguat tipis masing-masing 0,04% dan 0,01%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah pada perdagangan hari ini diprediksi akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.530- Rp15.590 per dolar AS.

Menurutnya, pasar tampaknya mempertahankan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve. Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang sebesar 70% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret, naik dari peluang 64% yang terlihat pada minggu lalu.

Ekspektasi itu diperkuat oleh data pada hari Jumat, yang menunjukkan inflasi indeks harga produsen turun lebih dari perkiraan pada bulan Desember. Namun laporan tersebut didahului oleh data yang menunjukkan kenaikan inflasi CPI yang lebih besar dari perkiraan pada bulan tersebut.

“Fokus kini tertuju pada pidato sejumlah pejabat The Fed pada minggu ini, yang diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai rencana bank tersebut untuk menurunkan suku bunga tahun ini. Data penjualan ritel AS juga akan dirilis akhir pekan ini, dan diperkirakan akan menjadi faktor dalam prospek inflasi negara tersebut,” kata Ibrahim dalam riset harian, Selasa (16/1/2024).

Tak hanya itu, Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengah tidak berubah. Langkah ini menunjukkan tidak adanya perubahan pada suku bunga acuan pinjaman PBOC pada Januari.

Sementara itu, Ibrahim menjelaskan neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatat surplus di akhir tahun 2023. Namun, akan sedikit menyusut bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedangkan surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 diprediksi sebesar US$1,83 miliar.

Itu artinya, surplus neraca perdagangan di Desember 2023 diramal lebih rendah dari surplus pada November 2023 yang senilai US$2,41 miliar. Menandakan penurunan keempat secara berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini