Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan modal ventura melihat financial technology (fintech) peer to peer (P2P) lending masih menjadi sektor yang diminati oleh investor. Meskipun belakangan industri tersebut dibayangi kasus kredit macet di atas 5%, yang menunjukkan tingginya tingkat kelalaian penyelesaian kewajiban kepada lender.
Beberapa kasus yang menjadi sorotan antara lain TaniFund yang memiliki rasio tingkat wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) 63,93% per 17 Januari 2023. Berikutnya ada Investree dengan TWP90 12,58% dan iGrow yang hanya 46,56%.
Chief Executive Officer (CEO) PT BNI Modal Ventura (BNI Ventures) Eddi Danusaputro misalnya, melihat industri P2P lending masih diminati lantaran platform tersebut menyasar borrower tertentu, yang biasanya di bawah radar lembaga keuangan besar.
“P2P lending juga memiliki potensi memberikan imbal hasil relatif tinggi kepada lender,” kata Eddi kepada Bisnis, Rabu (17/1/2024).
Namun demikian sebagai langkah mitigasi, Eddi menyarankan bagi P2P lending untuk tetap memperkuat manajemen risikonya. Termasuk memperkuat analisis credit scoring untuk lebih teliti menilai kelayakan borrower dalam memperoleh pinjaman.
Hal tersebut untuk mencegah terjadinya potensi kredit macet dan gagal bayar terhadap lender. Selain itu proses penagihan juga perlu diperhatikan sesuai ketentuan yang berlaku. Terkait pendanaan, BNI Ventures sendiri belum memiliki investasi pada platform P2P lending. Ke depan, Eddi mengungkap adanya kemungkinan menyuntikan dana pada industri tersebut, meskipun masih menimbang-nimbang.
“Namun tentunya kami akan lebih selektif alias cari yang sudah profit atau ada path to profitability,” ungkapnya.
Senada CEO PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) Ronald Simorangkir mengaku pihaknya juga akan lebih selektif untuk melakukan investasi, termasuk terhadap fintech P2P lending.
Untuk saat ini, anak usaha Bank Mandiri tersebut sudah memiliki empat platform P2P lending dalam portfolionya yakni Investree, Crowde, KoinWorks, dan Amartha.
“Kami enggak menutup kemungkinan menambah lagi [portofolio P2P lending] ya, tetapi kami lebih selektif melihat P2P lending ini. Lebih selektif karena lagi-lagi risk managementnya itu harus setara. Bank itu kan melihat menerapkan manajemen risiko, artinya kalau bank itu memang sangat strict ya risk parameternya,” kata Ronald ditemui usai Media Outlook MCI di Jakarta, Rabu (17/1/2023).
Selain melihat manajemen risiko P2P lending yang dapat diterima oleh Bank Mandiri, Ronald mengatakan perusahaan juga melihat target market platform yang spesifik apakah konsumtif atau produktif. Berdasarkan media outlook MCI, pada beberapa sektor yang menjadi perhatian MCI di antaranya yakni startup pertanian, budidaya perikanan, industri manufaktur, energi terbarukan, perdagangan karbon, Artificial Intelligence (AI), keamanan siber, dan kesehatan digital.
Dari sisi asosiasi, Wakil Ketua Bidang 3 Asosiasi Modal Ventura dan Start-Up Indonesia (Amvesindo) Chris Saragih mengatakan industri P2P lending masih memiliki potensi ke depan. Terutama apabila dikelola dengan baik serta sudah menghasilkan pendapatan dan laba.
“Untuk sektornya produktif atau konsumtif, bergantung pada risk appetite nya masing-masing investor,” ungkap Chris saat dihubungi Bisnis, Rabu (17/1/2024).
Untuk tetap dilirik, Chris mengatakan bahwa P2P lending perlu memperhatikan proses dan manajemen risiko serta tentunya fokus untuk menghasilkan pendapatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel