Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Tetap 6% pada Awal 2024, Gubernur Perry Bocorkan Tanda Penurunan

Bisnis.com,18 Jan 2024, 06:40 WIB
Penulis: Maria Elena
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. Bank Indonesia mengumumkan mempertahankan suku bunga BI Rate 6% pada RDG Januari 2024./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga acuan atau BI-Rate pada awal 2024 tetap sebesar 6%. Keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia ini diumumkan kemarin (17/1/2024) pada Rapat Dewan Gubernur Januari 2024.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan penetapan suku bunga sebesar 6% pada level bank sentral merupakan strategi agar memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 1,5 hingga 3,5% pada 2024. Bank Indonesia menilai saat ini pasar keuangan global masih dalam posisi yang bergejolak.

Bank Indonesia juga menyebutkan besaran bunga BI Rate 6% sekaligus menunjukkan konsistensi fokus kebijakan moneter yang pro stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah preemptive dan forward looking.

“Hari ini kita putuskan BI Rate tetap karena kita masih melihat on and off global tadi,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024).

Pada paparan yang sama, Perry menyampaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung stabil. Hingga 16 Januari 2024, rupiah melemah 1,24% dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2023. Laju inflasi domestik pada akhir 2023 juga terkendali pada kisaran yang rendah, yaitu sebesar 2,61% pada Desember 2023.

Syarat Bank Indonesia Menurunkan Suku Bunga BI Rate

Saat yang sama dia menyebutkan Bank Indonesia tetap melihat ruang penurunan suku bunga acuan ke depan. Keputusan mempertahankan atau menurunkan BI Rate dilakukan sebagai bentuk respon volatilitas pasar keuangan global yang masih berlangsung.

Perry mengatakan, Bank Indonesia baru akan menurunkan suku bunga BI Rate jika tiga faktor terpenuhi. Pertimbangan itu meliputi, pertama, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah.  Kedua, tetap terkendalinya inflasi, khususnya inflasi inti dan inflasi pangan.

Sedangkan syarat ketiga penurunan suku bunga yakni perkembangan dukungan kredit dalam pembiayaan ekonomi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, Perry mengatakan bahwa ketidakpastian pasar keuangan pada awal tahun ini sudah mulai mereda.  Salah satu indikatornya, tren penguatan dolar AS yang mulai berhenti dan bahwa ada kecenderungan melemah. Dengan kondisi ini, tekanan dari penguatan dolar AS terhadap mata uang negara berkembang pun mulai berkurang, sejalan dengan kembali terjadinya aliran masuk modal asing, termasuk ke Indonesia.

BI memperkirakan, siklus kenaikan suku bunga negara maju, termasuk Fed Fund Rate (FFR) alias bunga acuan di Amerika Serikat telah berakhir. FFR diperkirakan akan mulai diturunkan pada semester kedua 2024 sebanyak tiga kali dengan total sebesar 75 basis poin. “Kesimpulannya kami tetap sabar dan akan tetap masih sabar melihat kondisi dalam negeri dan global, tentu saja ketidaksabaran itu akan tergantung seberapa meredanya kondisi global dan memastikan inflasi terkendali,” tutur Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini