Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyiapkan tiga skenario proyeksi pertumbuhan bisnis perusahaan pembiayaan (multifinance) pada tahun 2024 alias tahun naga kayu. Skenario bisnis multifinance terletak dalam rentang single digit hingga double digit.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menuturkan untuk proyeksi pertama, APPI memproyeksi pertumbuhan industri perusahaan pembiayaan dapat tumbuh di kisaran 10–12%.
Selain itu, asosiasi juga optimistis pertumbuhan industri perusahaan pembiayaan bisa mencapai 13%—14%. Dengan catatan, jika perhelatan pesta pemilihan umum (pemilu) 2024 berjalan lancar hingga perekonomian Indonesia yang tumbuh.
“Namun ada sesuatu yang sangat pesimis, mungkin hanya tumbuh kurang lebih sekitar 5–8%, karena dari POJK 22 [tentang pelindungan konsumen dan masyarakat di sektor jasa keuangan],” ujar Suwandi saat dihubungi Bisnis, Selasa (16/1/2024).
Suwandi menuturkan bahwa industri, termasuk pembiayaan, membutuhkan penjelasan lanjutan turunan seperti Surat Edaran OJK (SEOJK) dengan diterbitkannya Peraturan OJK Nomor 22 Tahun 2023 (POJK 22/2023).
Dengan demikian, APPI memproyeksi industri pembiayaan pada 2024 diwarnai dengan tantangan dan beberapa permasalahan yang perlu diklarifikasi, salah satunya mengenai aturan POJK 22/2023.
“Kalau secepat mungkin pemilu ini selesai dengan satu putaran, mungkin tumbuh 10–12%. Tapi dengan catatan, aturan main regulasi yang POJK 22 itu sudah kita klarifikasi sebelum masuk ke bulan dua. [Kalau] semakin lama, ya saya lebih takut lagi. Bisa pertumbuhannya single digit 5–8%,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Suwandi menuturkan sejumlah tantangan yang dihadapi ini akan menjadi pengaruh terhadap pertumbuhan industri perusahaan pembiayaan di tahun ini.
“Jadi, ada analisa pertumbuhan yang pesimis, moderate. Moderate itu kita ambil angka 10–12%, tapi kalau yang optimis bisa aja 13–14%,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel