Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) yakin rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tak tergerus meski di tengah tren suku bunga yang tinggi. Saat ini, NIM masih menjadi indikator utama perbankan meraih profitabilitas.
Tercatat NIM BBCA berada di level 5,54% sepanjang 2023, naik 20 basis poin (bps) dari sebelumnya 5,34% pada sepanjang 2022.
Presiden BCA Jahja Setiaatmadja menilai hal tersebut, lantaran porsi himpunan dana pihak ketiga (DPK) BCA didominasi dana murah atau current account saving account (CASA) mencapai 80%
“Harus dipahami, struktur DPK setiap bank berbeda. Ada bank yang mengandalkan 60%-70% untuk time deposit. Nah, kalau begitu, dari segi sensitif cost. Kalau time deposit naik akan langsung mempengaruhi semua cost of fund [biaya dana] bank tersebut," katanya dalam Paparan Kinerja 2023, Kamis (25/1/2024).
Alhasil, kata Jahja, apabila porsian dana mahal terlampau besar, maka suatu perbankan mau tidak mau harus menaikkan kredit untuk bisa terus mempertahankan NIM. "Atau kalau kreditnya tetap, maka risiko NIM tergerus," ucapnya.
Meski, BCA belum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga yang mereka tawarkan. Akan tetapi perseroan menilai tidak menutup kemungkinan apabila ke depan akan ada penyesuaian suku bunga.
Menurutnya, ini suatu yang dianggap wajar sebagai upaya untuk mengkompensasi kenaikan biaya dan dampaknya diharapkan tidak terlalu besar, karena porsi dana dari time deposit atau deposito dalam struktur dana bank dianggap relatif kecil.
“Memang ada kemungkinan untuk mengompensasi di sana sini, tapi untuk prime customer kita akan ada treatment khusus,” ujarnya.
Adapun, sebagai strategi untuk mengelola NIM di level yang terjaga di tengah tren suku bunga BI yang tinggi, BCA sendiri mengadopsi pendekatan yang lebih alami, yaitu memberikan penetapan harga (pricing) yang sesuai dengan kemampuan nasabah dan kebutuhan masyarakat.
“Karena varibel dari kredit begitu banyak, jadi mau setel-nya susah. Jadi, kita lakukan secara natural, memberikan pricing sesuai dengan kemampuan nasabah agar bisa menikmati fasilitas kredit BCA,” tutupnya.
Sebagai informasi, BCA mengantongi laba sepanjang 2023, naik 19,4% menjadi Rp48,6 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kenaikan laba juga ditopang pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA tumbuh 17,5% YoY menjadi Rp75,4 triliun sepanjang 2023.
Seiring dengan pertumbuhan laba, laju kredit perseroan juga meningkat 13,9% secara tahunan menjadi Rp810,4 triliun
Adapun, dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 6,0% YoY mencapai Rp1.102 triliun, sehingga mendorong kenaikan total aset BCA sebesar 7,1% YoY menjadi Rp1.408 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 80% dari total DPK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel