Olah Strategi Bank Digital dari AMAR hingga ARTO Longgarkan Likuiditas

Bisnis.com,28 Jan 2024, 15:05 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi bank digital. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah bank digital masih mencatatkan likuiditas ketat yang terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) yang tinggi. Meski begitu, deretan bank digital seperti PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) dan PT Bank Jago Tbk. (ARTO) berupaya menggenjot raupan pendanaan dari nasabah agar likuiditas semakin longgar.

LDR merupakan indikator yang menunjukkan kondisi atau tingkat likuiditas perbankan. Semakin tinggi LDR bank, maka semakin ketat likuditasnya. Sebaliknya, semakin kecil LDR, maka semakin longgar likuiditas bank. Adapun, LDR yang sehat secara umum berkisar antara 78%-92%.

Sementara, sejumlah bank digital nyatanya mencatatkan LDR yang tinggi atau likuiditas ketat. Berdasarkan laporan keuangannya, Bank Amar mencatatkan LDR hingga level 297,72% per September 2023, naik dibandingkan dengan LDR pada periode yang sama tahun sebelumnya 158,42%.

Superbank besutan Emtek Group mencatatkan level LDR 223,81% pada September 2023, naik dari level 112,74% pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Selain itu, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) memiliki LDR tinggi, yakni 149.72% per September 2023. Lalu, Bank Jago mencatatkan LDR di level 105,33% pada September 2023.

Senior Vice President Finance Amar Bank David Wirawan mengatakan LDR memang menjadi salah satu indikator tingkat likuiditas suatu bank. Namun, terdapat faktor lain yang menjadi indikator likuiditas bank.

Menurutnya, likuiditas Bank Amar saat ini berada dalam kondisi yang baik didukung oleh permodalan yang juga kuat. Tercatat, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bank Amar berada di level 124,5% per September 2023.

"Hal ini menunjukkan bahwa Bank Amar berada dalam kondisi sehat dan masih memiliki ruang untuk terus bertumbuh ke depannya," kata David kepada Bisnis pada Jumat (26/1/2024).

Meski begitu, pada tahun ini Bank Amar tidak hanya akan mengandalkan permodalan dalam menopang likuditasnya.

"Sejalan dengan aspirasi Bank Amar dalam melayani UMKM di Indonesia, Bank Amar akan terus melanjutkan pertumbuhannya di tahun 2024 ini dengan terus meningkatkan penghimpunan dana dari masyarakat," ujar David.

Bank Amar pun menyiapkan sejumlah strategi untuk mendongkrak raupan dana nasabah pada tahun ini. Salah satu strategi dalam peningkatan pendanaan Bank Amar adalah berfokus pada dana murah atau current account saving account (CASA) terutama melalui aplikasi digital saving Amar Bank.

Bank Amar juga terus melakukan inovasi dan pengembangan berbagai fitur, yang salah satunya fitur Brankas. Fitur tersebut dirancang sebagai solusi untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat yang semakin meningkat terkait kejahatan finansial dan skema rekayasa sosial.

Sementara itu, Direktur Utama Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan LDR bank digital tinggi memang karena dana pihak ketiga (DPK) yang diraup tidak bisa mengimbangi penyaluran kreditnya yang besar.

"Kalau di perbankan kan [LDR] dilihat dari loan yang dibiayai DPK," katanya setelah acara Top 100 CEO & The Next Leader Forum 2023 yang digelar Infobank serta Ikatan Bankir Indonesia (IBI) pada akhir tahun lalu (5/12/2023).

Namun, sebenarnya dalam mengimbangi penyaluran kredit, bank digital seperti Superbank mempunyai permodalan yang kuat. "Equity kami besar. Jadi, LDR tinggi itu kurang relevan," tuturnya. Tercatat, Superbank memiliki CAR di level 242,38% per September 2023.

Meski begitu, Superbank tahun ini akan gencar mendongkrak raupan simpanan nasabah. Di antara strategi yang disiapkan, Superbank meluncurkan aplikasi pada 2024.

Menurut Tigor, di aplikasi itu akan terdapat sejumlah layanan yang juga terintegrasi dengan ekosistem luas Emtek Group.

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan posisi likuiditas bank digital memang tetap masih aman karena mengandalkan permodalan kuat. Bank Jago memiliki rasio kecukupan modal di level 71,33%.

Namun, di tengah kondisi LDR tinggi, Bank Jago tetap berupaya mendongkrak kinerja pendanaan untuk mengimbangi penyaluran pinjaman.

Di antara upayanya itu adalah dengan peluncuran produk tabungan baru hasil kolaborasi dengan GoTo Finansial (Gopay) yakni ‘GoPay Tabungan by Jago’.

"Dengan produk baru itu, funding tabungan memang akan lebih tinggi lagi. Likuiditas dari sisi LDR pun pelan-pelan akan rendah," kata Arief.

Sebelumnya, Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan Allo Bank juga terus berkomitmen menerapkan likuiditas yang lebih longgar.

“Kepuasaan pelanggan menjadi tujuan utama Allo Bank, sehingga dari segi pendanaan dan kebutuhan transaksional dapat menjaga dan meningkatkan likuiditas Allo Bank dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depannya,” ujarnya kepada Bisnis.

Adapun, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan tingginya LDR di bank digital disebabkan karena ekspansi kredit yang besar, tetapi tidak diimbangi dengan kenaikan DPK.

Pada dasarnya, bank digital mempunyai modal yang besar untuk mengembangi ekspansi kredit. Namun, hal tersebut akan berbahaya, terutama saat tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi.

"Risikonya besar untuk beberapa masalah, misalnya rasio kredit bermasalah [non performing loan/NPL] menjadi tinggi jika tidak hati-hati,” ujar Amin kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini