Bisnis.com, JAKARTA - Likuiditas menjadi tantangan perbankan sepanjang 2023 ditandai dengan raupan simpanan nasabah yang seret. Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan kondisi likuiditas bank akan membaik pada 2024.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan sepanjang 2023, industri perbankan memang mengalami kondisi likuiditas ketat, tercermin dari dana pihak ketiga (DPK) di industri yang hanya tumbuh 3,8%, sementara kredit tumbuh 10,3%.
Kondisi tersebit membuat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) perbankan mengetat. Biaya dana (cost of fund) perbankan pun naik 73 basis poin (bps) ke level 2,43%.
Sementara, kondisi seperti itu menurutnya akan bertahan hingga awal tahun ini. Namun, ke depannya kondisi likuiditas akan membaik.
"Hal ini seiring dengan adanya proyeksi penurunan suku bunga acuan pada 2024," ujar Sigit dalam paparan kinerja pada Rabu (31/1/2024).
Adapun, di tengah kondisi likuiditas ketat itu, Bank Mandiri berupaya menjaga margin bunga bersih (net interest margin/NIM) di level stabil.
"Biaya dana juga kami upayakan rendah dengan optimalisasi dana murah [current account saving account/CASA]," tutur Sigit. Selain itu, BMRI berupaya memaksimalkan strategi akuisisi nasabah prinsipal.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi juga mengatakan pada 2024, pertumbuhan DPK akan lebih baik didorong oleh kondisi ekonomi yang membaik juga realisasi belanja pemerintah saat Pemilu 2024.
"Meski begitu, kami tetap mewaspadai pelambatan," katanya. Dalam mengelola likuditas, BMRI juga membuka ruang untuk menerbitkan surat utangnya pada 2024.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memproyeksikan kinerja likuiditas perbankan yang memadai pada 2024.
"Keyakinan bahwa likuiditas juga akan cukup terjaga pada 2024, ditopang keyakinan bahwa suku bunga khususnya di AS [Fed Fund Rate/FFR] telah mencapai puncaknya dan penurunan FFR kemungkinan dapat dilakukan pada kuartal II/2024," tutur Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae.
Di sisi lain, OJK akan tetap memantau perkembangan dan situasi yang berpotensi memberikan pengaruh pada pasar keuangan dan perekonomian domestik.
Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan pertumbuhan DPK akan tumbuh kembali normal pada 2024 di level 6% hingga 7%.
"Apalagi didorong kebijakan moneter, The Fed juga akan mengurangi tekanannya. Uang di paruh kedua akan lebih banyak beredar di sistem. Ekonomi bergerak, simpanan makin tinggi, kami perkiraan akan kembali normal 6%-7%," kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam acara Konferensi Pers Penetapan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS pada Selasa (30/1/2024).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel