Bisnis.com, JAKARTA — Tiga emiten perbankan yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) terdepak dari daftar indeks emiten pembagi dividen dengan yield tinggi atau IDX High Dividend 20.
Bursa Efek Indonesia (BEI) memang telah melakukan perubahan terhadap konstituen pada IDX High Dividend 20. Periode efektif perubahan ini berlaku 5 Februari 2024 hingga 4 Februari 2025.
Indeks tersebut berisi 20 saham perusahaan tercatat yang secara rutin membagikan dividen tunai dan memiliki imbal hasil dividen yang cukup besar kepada para pemegang sahamnya.
Daftar saham pada IDX High Dividend 20 ini dipilih dengan mempertimbangkan kriteria likuiditas yang baik serta kapitalisasi pasar emiten. Adapun, saham yang menghuni indeks tersebut konsisten membagikan dividen tunai setidaknya selama tiga tahun terakhir.
Seiring dengan adanya daftar baru, sejumlah emiten masih tetap bertengger di IDX High Dividend 20, termasuk emiten bank jumbo yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Sementara, terdapat deretan emiten yang tergeser dari daftar, termasuk tiga emiten perbankan yakni BJBR, BJTM, dan BNGA.
Apabila melihat secara historis, sebelumnya deretan emiten bank ini royal menebar dividen. CIMB Niaga telah membagikan dividen kepada pemegang sahamnya dengan rasio 60% terhadap laba bersih bank pada 2022 atau dengan nilai tebaran Rp2,87 triliun.
Bank Jatim sebagai bank pembangunan daerah (BPD) termasuk royal menebar dividen kepada pemegang saham, yakni 51,76% dari perolehan laba tahun buku 2022. Nilai tebaran dividen Bank Jatim mencapai Rp797,12 miliar.
Bank BJB telah menebar dividen dengan rasio 49,47% untuk tahun buku 2022. Nilai tebaran dividen BJB mencapai Rp1,1 triliun yang dibagikan tahun lalu.
Proyeksi Tebaran Dividen
Meski begitu, sejumlah emiten bank yang terdepak dari IDX High Dividend 20 ini masih memproyeksikan tebaran dividen dengan rasio lumayan besar tahun ini.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan penentuan dividen sendiri tergantung dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang kerap dilakukan pada akhir Maret atau awal April 2024.
“Tapi melihat secara historical data yang ada, kita membagikan dividen 49% hingga 60% [dari laba bersih] pertahunnya,” ujarnya dalam public expose pada beberapa waktu lalu (21/1/2024).
Dirinya optimistis bahwa kinerja keuangan bank akan terus terjaga meski di tengah tekanan biaya dana. Dengan begitu, Bank BJB pun mampu menebar dividen tinggi kepada pemegang sahamnya.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan CIMB Niaga akan tetap membagikan dividen dengan mempertimbangkan sejumlah hal, seperti operasional secara prudent hingga permodalan. "CIMB Niaga telah memiliki policy tersebut [tebaran dividen] selama ini," ujarnya.
Sementara itu, mengutip dari riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dividen dari sektor keuangan, termasuk perbankan masih diprediksi menunjukkan pertumbuhan tertinggi secara tahunan yang berasal dari pertumbuhan pendapatan yang kuat.
“Beberapa bank pun sudah menegaskan niatnya untuk mempertahankan kebijakan dividen,” tulis analis Handiman Soetoyo dan Abyan H. Yuntoharjo.
Pada riset tersebut, BJBR tahun ini diproyeksi membagi dividen sebesar Rp106 per saham dan dividend yield sebesar 8,9%.
Sementara, BJTM diprediksi memiliki dividen per saham yang akan diterima para pemegang saham sebesar Rp54 per saham serta dividend yield sebesar 8,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel