Terdampak El Nino, KLHK Klaim Kebakaran Hutan dan Lahan 2023 Tak Sebesar 2019

Bisnis.com,05 Feb 2024, 07:35 WIB
Penulis: Gajah Kusumo
Foto udara api membakar lahan gambut di Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Senin (18/9/2023). Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 9 regu Manggala Agni dari Daops OKI, Lahat, Muba, Banyuasin dan Jambi untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mengklaim berhasil mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2023 di tengah fenomena El-Nino.

El-Nino adalah sebuah fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan atau pemanasan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya. Fenomena alami ini menyebabkan perubahan pola cuaca global, yang berdampak signifikan pada perubahan iklim di berbagai wilayah di dunia, termasuk di Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sepanjang 2023 berhasil ditekan lebih kecil sebesar 30,80% dibandingkan 2019 dengan pengaruh El-Nino yang hampir sama, di mana bahkan kondisi 2023 lebih kering.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi menyatakan luas karhutla pada 2023 sebesar 994.313,18 hektare (Ha).

“Pada 2023 ini terdapat 11 provinsi rawan karhutla, khususnya Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan yang sejak awal tahun telah diupayakan pencegahan karhutla, karena sudah dideteksi musim kemarau panjang akibat pengaruh El Nino," ujarnya dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Laksmi menyebutkan upaya mengantisipasi musim kemarau 2023 dilakukan dengan memperkuat patroli pencegahan karhutla, baik secara mandiri oleh Manggala Agni maupun terpadu yang melibatkan TNI, POLRI, dan Masyarakat Peduli Api (MPA), pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), serta kerjasama dengan semua pihak termasuk pelibatan masyarakat.

“Risiko karhutla ini harus dijaga sehingga karhutla sebagai kontributor terbesar dari emisi gas rumah kaca di Indonesia dapat dikendaliakan,” pesan Laksmi.

Laksmi menambahkan bahwa capaian kerja tahun ini juga terbukti dengan tidak terdeteksinya asap lintas batas ke negara tetangga.

Indonesia sebagai tuan rumah Asean Coordinating Centre for Trandsboundary Haze Pollution Control (ACCTHPC) yang berlokasi di Jakarta ini memfasilitasi dan terus memperkuat kerja sama dan koordinasi karhutla dan pencemaran kabut asap yang timbul dari kebakaran di wilayah Asean.

"Upaya pengendalian karhutla ini adalah komitmen Indonesia dalam mencapai target Updated NDC dan Indonesia FOLU Net Sink 2030 melalui kerja-kerja kolaborasi di tingkat nasional, regional dan global," terang Laksmi.

Adapun, pemantauan karhutla dapat dilihat dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang ditampilkan di laman https://sipongi.menlhk.go.id

Sebagai catatan, Indonesia memang sering panen tudingan dari negara tetangga maupun media asing terkait dengan karhutla.

Berdasarkan data, beberapa kali Indonesia mengalami karhutla yang cukup parah, yaitu pada 1982 yang menghanguskan sekitar 3 juta Ha lahan dan pada 2015, di mana lahan seluas 2,6 juta ha terbakar serta korban jiwa.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri bahkan pernah meminta agar peristiwa karhutla 2015 yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp221 triliun tidak terulang lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Gajah Kusumo
Terkini