Kenali Apa Itu Stiff Person Syndrome yang Dialami Celine Dion

Bisnis.com,06 Feb 2024, 18:55 WIB
Penulis: Mia Chitra Dinisari
Celine Dion/bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Penyanyi Kanada Celine Dion tampil di Grammy Awards 2024 di tengah masalah kesehatan yang dialaminya.

Ikon pop dan pemenang Grammy lima kali itu hadir untuk mempersembahkan Album Terbaik Tahun Ini, sebuah penghargaan yang diterimanya 27 tahun lalu.

Celine didiagnosis menderita kelainan neurologis Stiff Person Syndrome (SPS) pada tahun 2022.

Celine disambut tepuk tangan meriah dari penonton saat ia berjalan ke atas panggung untuk menyerahkan penghargaan kepada Taylor Swift.

Di penghujung tahun 2022, pelantun 'My Heart Will Go On' itu pertama kali mengungkapkan kepada penggemar bahwa ia mengidap penyakit saraf langka yang dapat menyebabkan kejang otot yang melemahkan.

Kondisi kesehatannya ia ungkapkan dalam video mengharukan yang ia posting di platform media sosial Instagram.

Apa itu Sindrom Orang Kaku?

Stiff Person Syndrome (SPS) adalah kelainan neurologis langka yang ditandai dengan kekakuan dan kejang otot yang parah dan progresif, yang menyebabkan kecacatan dan gangguan pergerakan yang signifikan.

Orang dengan SPS mengalami kontraksi otot yang tidak disengaja yang dapat menyebabkan kekakuan dan kekakuan di berbagai bagian tubuh, seringkali menyerupai sensasi “kaku” atau “terkunci”.

Penyebab pasti di balik penyakit ini melibatkan respons autoimun yang menargetkan sistem saraf pusat, khususnya otak dan sumsum tulang belakang. Autoantibodi yang ditujukan terhadap protein yang terlibat dalam neurotransmisi, seperti asam glutamat dekarboksilase (GAD), umumnya ditemukan pada individu dengan SPS.

Gejala SPS dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan mungkin termasuk kekakuan otot, kejang, kekakuan, dan nyeri, biasanya mempengaruhi batang tubuh dan anggota badan. Gejala-gejala ini dapat dipicu atau diperburuk oleh stres emosional, aktivitas fisik, atau gerakan tiba-tiba. Selain itu, individu dengan SPS mungkin mengalami kecemasan, depresi, dan gejala kejiwaan lainnya karena sifat kondisi yang kronis dan melemahkan.

Perawatan SPS bertujuan untuk meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup melalui kombinasi obat-obatan, terapi fisik, dan perawatan suportif.

Terapi imunosupresif, seperti imunoglobulin intravena (IVIG) atau kortikosteroid, mungkin diresepkan untuk memodulasi respons autoimun dan mengurangi kekakuan otot. Namun, penatalaksanaan SPS bisa jadi menantang, dan kondisi ini mungkin memerlukan pemantauan dan pengobatan seumur hidup untuk mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini