Cadangan Devisa Januari 2024 Diproyeksi Susut untuk Stabilisasi Rupiah

Bisnis.com,07 Feb 2024, 05:23 WIB
Penulis: Maria Elena
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia - Bisnis/Himawan L Nugraharn

Bisnis.com, JAKARTA – Posisi cadangan devisa Indonesia pada Januari 2024 diperkirakan cenderung menurun dari posisi pada bulan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia akan mencapai kisaran US$144,5 miliar hingga US$145,5 miliar, turun dari bulan sebelumnya sebesar US$146,4 miliar.

“Penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh langkah stabilisasi Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas rupiah,” katanya kepada Bisnis, Selasa (6/2/2024).

Josua menjelaskan, pada periode Januari 2024, secara rata-rata nilai tukar rupiah melemah sekitar 0,7% (month-to-month/mtm) dibandingkan bulan sebelumnya di tengah dinamika perekonomian dan pasar keuangan global terutama terkait arah suku bunga the Fed.

“Pelemahan rupiah yang pada umumnya didorong oleh penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang utama sepanjang bulan Januari,” jelasnya.

Tercatat, kepemilikan investor asing pada SBN menurun sekitar US$53,1 juta meskipun investor asing mencatatkan net buy sekitar US$534,2 juta. 

Selain itu, Josua menambahkan, investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI) pada awal tahun ini diperkirakan terbatas sejalan dengan kecenderungan wait and see menjelang pelaksanaan pemilu. 

Impor migas pada awal tahun pun diperkirakan cenderung meningkat sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional sekitar 2%, diperkirakan juga akan berpotensi mendorong peningkatan impor migas.

Senada, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa cadangan devisa pada Januari 2023 berpotensi mengalami penurunan.

Menurutnya, cadangan devisa akan turun ke level US$144 miliar hingga US$145 miliar, terutama dipengaruhi oleh langkah stabilisasi nilai tukar rupiah pada Januari 2024.

“Memang ada kebutuhan stabilisasi rupiah di Januari yang memang banyak terjadi capital outflow dan dipengaruhi potensi adanya penipisan dari trade surplus,” jelas Riefky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini