Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) berancang-ancang menyesuaikan suku bunga kreditnya, termasuk bunga kredit pemilikan rumah (KPR) seiring dengan terbukanya ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada tahun ini.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan ekspektasi BTN, penurunan suku bunga acuan terjadi pada semester II/2023. Adapun, turunnya suku bunga acuan akan berdampak terhadap biaya dana (cost of fund/CoF) perbankan.
"Cost of fund akan turun dan ada keleluasaan reprice di lending rate [bunga pinjaman]. Tapi agak berjarak.," kata Nixon setelah acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024 pada Rabu (7/2/2024).
Dengan penurunan suku bunga acuan, permintaan kredit pun diharapkan akan meningkat. "Tahun lalu KPR tumbuh dua digit, padahal suku bunga sejak tahun lalu sudah tinggi," ujarnya. Pada tahun ini, BTN menargetkan pertumbuhan kredit di level 11%.
Sementara itu, saat ini BTN menerapkan suku bunga dasar kredit (SBDK) pada segmen kredit korporasi sebesar 8,05% per tahun. Kemudian kredit ritel ditetapkan di level 8,3%.
BTN menetapkan SBDK untuk kredit konsumsi pada segmen KPR di level 7,3%. Sementara, untuk suku bunga pada segmen non KPR ditetapkan SBDK sebesar 8,8%.
SBDK tersebut digunakan sebagai dasar penetapan suku bunga kredit yang akan dikenakan oleh bank kepada nasabah. SBDK belum memperhitungkan sejumlah komponen estimasi premi risiko yang besarannya tergantung pada penilaian bank terhadap risiko masing-masing debitur atau kelompok debitur.
Sementara, rencana penyesuaian suku bunga kredit BTN itu seiring dengan adanya proyeksi penurunan suku bunga acuan. BI memang akan membuka ruang penurunan suku bunga acuannya pada 2024 setelah sepanjang tahun lalu BI rate berada dalam level yang tinggi.
"Ruang penurunan BI rate ke depan masih tetap akan ada," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada beberapa waktu lalu.
Ada sejumlah kriteria kebijakan longgar suku bunga acuan itu pada 2024. "Kriterianya seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah, seberapa terkendalinya inflasi inti dan pangan. Selain itu, bagaimana kita melihat dukungan kredit terhadap pembiayaan ekonomi, dan kesemuanya mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.
Dia menyatakan BI akan tetap sabar melihat kondisi ekonomi dalam negeri dan global dalam menjalankan kebijakan longgar suku bunga acuan itu.
Sementara itu, BI juga memproyeksikan tren kebijakan longgar suku bunga acuan yang terjadi secara global. "Bacaan kami kemungkinan Fed Fund Rate akan turun pada semester II/2024. Penurunan terjadi tiga kali sebanyak 75 bps," katanya.
BI sendiri masih menahan suku bunga acuannya di level 6% pada RDG periode 16-17 Januari 2024. Keputusan mempertahankan BI rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel