Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi dinilai masih wait and see saat masa Pemilu 2024 dan membuat segmen kreditnya tertahan. Adapun, perbankan menyiapkan sejumlah cara guna tetap mendongkrak kredit korporasi.
Chief Executive Officer Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan pada masa Pemilu 2024, ada delay di segmen korporasi atau bisnis. "Kami melihat memang saat ini masih transisi, beberapa dari policy akan ditentukan dari the next president. Jadi ini kami melihat, masih wait and see," tuturnya pada beberapa waktu lalu.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan pada sektor-sektor usaha tertentu yang berhubungan dengan agenda Pemilu, seperti industri makanan-minuman atau tekstil, memang masih ada permintaan kredit. "Akan tapi memang korporasi besar seperti konstruksi, lebih banyak yang wait n see," jelasnya kepada Bisnis.com, bulan lalu (30/1/2024).
Mengacu Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis Bank Indonesia (BI), gairah korporasi juga cenderung melempem dan terbatas dalam pembiayaan.
Proyeksi kondisi Saldo Bersih Tertimbang (SBT) atas kebutuhan pembiayaan korporasi Januari-Maret 2024 sebesar 22,1%, lebih rendah daripada gariah periode Desember-Februari di 27,3%.
Permintaan kredit dari sejumlah segmen korporasi pun lesu. Responden di sektor perdagangan dan jasa keuangan yang tertarik mengakses pembiayaan tercatat turun tipis. Sementara sektor pertanian, pertambangan, konstruksi, dan transportasi & pergudangan turun dalam.
Meski begitu, sejumlah perbankan optimistis kredit korporasi tahun ini moncer di tengah masa Pemilu 2024. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) misalnya mengandalkan kredit korporasi guna menopang kinerja kreditnya yang ditargetkan tumbuh 13%-15% pada 2024.
"Meskipun 2024 merupakan tahun politik di Indonesia yang mungkin sedikit mempengaruhi kelancaran investasi, Bank Mandiri tetap optimis untuk terus tumbuh," kata Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Susana Indah Kris Indriati.
Salah satu strategi Bank Mandiri dalam mendongkrak kredit korporasi adalah dengan memanfaatkan skema sindikasi. Adapun, salah satu sektor yang disasar Bank Mandiri dalam menyalurkan kredit sindikasi yakni sektor sejalan dengan kebijakan hilirisasi oleh pemerintah.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) juga optimistis permintaan dari pelaku usaha tetap bergairah di tengah tahun politik, karena proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional masih cerah.
"Memasuki momentum politik dan kondisi ekonomi nasional dan global yang dinamis, memang terdapat nasabah yang menunda ekspansi mereka. Namun, secara keseluruhan kami tetap optimis bahwa perekonomian Indonesia akan tetap bertumbuh," ujar Enterprise Banking & Financial Institution Director Thomas Sudarma kepada Bisnis.com.
Secara keseluruhan, Danamon tahun ini menargetkan pertumbuhan kredit sejalan dengan proyeksi regulator yang berkisar di angka 10% -12%.
Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Hera F. Haryn mengatakan BCA juga optimistis kredit korporasi akan moncer pada tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan kredit perbankan nasional akan sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan masih resilience.
"Dalam menyalurkan kredit, BCA tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makroekonomi. Permintaan kredit tentunya akan berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi , dan kita harapkan kondisi politik tetap kondusif agar perekonomian tumbuh positif," ujarnya kepada Bisnis.com beberapa waktu lalu.
Adapun, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) menargetkan pertumbuhan normatif sepanjang tahun politik. "Kami masih tetap menargetkan pertumbuhan kredit korporasi sekitar 7% pada tahun ini," ujar Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel