Bank Mandiri & BCA Cs Patut Waspada, Ada Trojan Perbankan Coyote!

Bisnis.com,12 Feb 2024, 14:45 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi kejahatan siber./Reuters-Kacper Pempel

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keamanan siber Kaspersky mendeteksi adanya virus trojan perbankan bernama Coyote. Trojan canggih baru ini mampu mencuri informasi finansial sensitif di perbankan.

Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) Kaspersky mengidentifikasi adanya Coyote yang merupakan trojan perbankan canggih baru dengan menggunakan taktik penghindaran mutakhir untuk mencuri informasi keuangan sensitif.

Peneliti Kaspersky telah menyelidiki dan mengidentifikasi seluruh proses infeksi Coyote. Alih-alih mengambil jalur biasa dengan penginstal terkenal, Coyote memilih alat Squirrel yang relatif baru untuk menginstal dan memperbarui aplikasi desktop Windows. 

Dengan cara tersebut, Coyote menyembunyikan pemuat tahap awal dengan berpura-pura bahwa itu hanya pengemas pembaruan.

Tujuan Trojan ini sejalan dengan perilaku Trojan perbankan pada umumnya yakni mengawasi aplikasi atau situs web perbankan tertentu untuk diakses.

Coyote terutama menargetkan pengguna yang berafiliasi dengan lebih dari 60 lembaga perbankan di Brasil. Mengacu data telemetri Kaspersky, sekitar 90% infeksi Coyote berasal dari Brasil, sehingga memberikan dampak besar pada keamanan siber finansial di wilayah tersebut.

Kaspersky mencatat, trojan perbankan memang tengah berkembang pesat.

“Dalam tiga tahun terakhir, jumlah serangan Trojan perbankan meningkat hampir dua kali lipat, mencapai lebih dari 18 juta pada 2023," ujar Kepala Tim Riset dan Analisis Global Amerika Latin (GReAT) di Kaspersky Fabio Assolini dalam keterangan tertulis pada Senin (12/2/2024).

Menurut Fabio, maraknya trojan perbankan menunjukkan bahwa tantangan keamanan online semakin meningkat. Adapun, munculnya Coyote, jenis baru Trojan perbankan mengingatkan lembaga keuangan untuk berhati-hati dan menggunakan pertahanan terbaru untuk menjaga keamanan informasi penting nasabahnya.

Sebagaimana diketahui, sektor perbankan memang menjadi salah satu sektor yang rawan terkena serangan siber. Berdasarkan data dari Checkpoint Research 2022, sektor jasa keuangan termasuk perbankan mendapatkan 1.131 kali serangan siber setiap pekannya.

Sementara, data International Monetary Fund (IMF) pada 2020 menyebutkan total kerugian rata-rata tahunan akibat serangan siber di sektor jasa keuangan secara global mencapai sekitar US$100 miliar.

Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha mengatakan sektor perbankan memang menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan siber karena mempunyai nilai ekonomi yang besar.

“Perbankan selalu akan dilihat pertama, karena ini adalah industri yang berjalan berdasarkan kepercayaan dan keamanan,” tuturnya.

Di Indonesia, pada tahun lalu serangan siber dikabarkan menimpa PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI. Bank Syariah terbesar di Indonesia itu diduga mengalami kebocoran data nasabah oleh kelompok ransomware LockBit di situs dark web. Total data yang dibocorkan mencapai 1,5 TB mencakup data nasabah dan karyawan BSI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini