Cara BRI (BBRI) Berkelit dari Dampak Utang Jumbo WIKA & Waskita

Bisnis.com,15 Feb 2024, 15:52 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang PT Bank Rakyat Indonesia Tbk di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengantisipasi dampak dari adanya utang jumbo BUMN karya yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) terhadap kualitas aset bank.

WIKA dan WSKT memang didera utang di sejumlah bank pelat merah, termasuk BRI. Waskita misalnya mengacu laporan keuangan per 30 September 2023, mempunyai perjanjian restrukturisasi dengan sejumlah bank BUMN, termasuk dengan BRI Rp2,69 triliun. 

Bukan itu saja, WIKA pun masih mencatatkan tumpukan utang di Himbara. Tercatat, WIKA memiliki utang di bank BUMN, termasuk BRI Rp990 miliar.

Dalam perkembangannya, WIKA telah mendapatkan kesepakatan restrukturisasi oleh 11 kreditur perbankan melalui penandatanganan master restructuring agreement (MRA) yang disaksikan oleh Kementerian BUMN pada Januari 2024. Sementara, restrukturisasi Waskita masih berprogres.

Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan dengan adanya utang jumbo BUMN karya itu, perseroan telah menjalankan langkah antisipasi untuk menjaga kinerja pada 2024.

"BRI telah memperhitungkan posisi buku perseroan tetap terjaga dan telah mengantisipasi risiko kredit dari BUMN karya," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (15/2/2024).

Selain itu, BRI tetap mengimbangi dengan melakukan pencadangan yang memadai. Per akhir Desember 2023, tercatat pencadangan atas kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) coverage BRI mencapai 229,09%.

Sementara, posisi pencadangan kredit berisiko atau loan at risk (LaR) coverage berada di level 54,14% per Desember 2023.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan kredit bermasalah dan kredit berisiko tetap terjaga. Tercatat, NPL BRI berada di level 2,95% dan LaR berada di level 12,47%.

"Kemampuan BRI dalam mengelola NPL di bawah 3% tersebut membuktikan prinsip risk management telah dijalankan dengan baik oleh BRI mengingat mayoritas portofolio BRI ada di segmen UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah]," tutur Sunarso.

Adapun, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan di tengah deraan utang jumbo, Waskita dan WIKA memang masih dalam upaya proses restrukturisasi kepada kreditur dalam upaya menjaga kinerja perseroan.

Dua BUMN karya itu juga tengah berproses untuk perbaikan tata kelola dan manajemen risiko, termasuk transformasi bisnis, efisiensi, serta divestasi atas aset.

"OJK senantiasa memonitor restrukturisasi yang akan dilakukan BUMN karya sehingga dapat dilaksanakan secara terukur dan prudent dengan tetap memperhatikan berbagai kepentingan," ujarnya dalam jawaban tertulis beberapa waktu lalu (11/1/2024).

OJK pun meminta perbankan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dan memperhatikan peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku dalam penyaluran kredit.

Selain itu, OJK juga meminta bank untuk membentuk pencadangan kredit yang memadai dalam mengantisipasi potensi kerugian sesuai ketentuan yang berlaku.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis dalam risetnya mengatakan sejumlah bank BUMN memang mempunyai eksposur langsung terhadap BUMN karya. Atas eksposur kredit itu, bank-bank telah membangun pencadangan, khususnya di Waskita dan WIKA.

Dengan peningkatan pencadangan itu, dikhawatirkan kinerja pendapatan bank akan terdampak.

"Kalau bank harus memberikan provisi baik untuk WSKT maupun WIKA, pendapatan akan terkena dampak negatif," tulis Victor dan Naura dalam risetnya beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini