Bank Indonesia (BI) Diproyeksikan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6%

Bisnis.com,19 Feb 2024, 17:15 WIB
Penulis: Redaksi
Bank Indonesia (BI) Diproyeksikan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6%. Pekerja melintas di depan kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta. - Bloomberg/Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diproyeksikan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan ini.

Dalam survei yang dilakukan oleh Reuters terhadap para ekonom pada 12-16 Februari 2024, otoritas moneter tersebut akan mempertahankan suku bunga acuannya atau BI 7 day reverse repo rate (BI-7DRR) di level 6%.

Kebijakan BI menahan suku bunga acuan di level 6% tersebut diproyeksikan bertahan hingga akhir kuartal I/2024. Selanjutnya BI diperkirakan mulai menurunkan BI-7DRR pada kuartal II/2024.

Adapun, sebanyak 30 ekonom meyakini Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya, dalam RDG BI nanti.

Perkiraan median dari survei yang dilakukan para ekonom, menunjukkan bahwa suku bunga tetap bertahan sampai setidaknya akhir Maret, diikuti oleh penurunan 25 basis poin pada setiap kuartal hingga akhir tahun.  Dengan demikian, pada akhir tahun ini, suku bunga BI diperkirakan berada di level 5,25%.

Hal tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan Bank Sentral AS alias The Federal Reserve untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin pada 2024.

“Kami mempertahankan perkiraan kami mengenai penurunan suku bunga pertama yang dilakukan Bank Indonesia pada pertemuan Juni setelah The Fed (Federal Reserve Amerika Serikat) mengumumkan penurunan suku bunganya yang pertama pada Mei,” ujar ekonom Societe Generale, Kunal Kundu seperti dikutip dari Reuters.

Kundu menambahkan, kebijakan suku bunga BI akan sangat bergantung kepada kebijakan The Fed. Hal itu disebabkan oleh tingginya ketergantungan Indonesia terhadap kepemilikan obligasi pemerintah oleh asing.

Sebanyak 17 dari 29 ekonom yang memproyeksikan adanya penurunan suku bunga BI pada tahun ini, meyakini bahwa langkah itu akan diambil pada kuartal II/2024.

“Risikonya sebagian besar berasal dari sisi eksternal, yaitu inflasi Amerika Serikat, mungkin tetap lebih tinggi dari perkiraan yang akan menyebabkan penundaan penurunan suku bunga,” kata ekonom Bank Central Asia, Elbert Timothy Lasiman.

Sementara itu, para ekonom melihat bahwa sentimen pemilihan umum presiden yang baru saja dihelat, memiliki dampak yang relatif terbatas bagi pasar. Adapun, sejauh ini, berdasarkan laporan quick count alias hitung cepat di berbagai lembaga survei menyebutkan pasangan Prabowo-Gibran unggul jauh di atas para pesaingnya.

 “Oleh karena kebijakan ekonomi saat ini kemungkinan akan berlanjut di bawah pemerintahan Prabowo ... dampaknya terhadap kebijakan moneter dan kebijakan fiskal akan terbatas,” ujar ekonom Moody’s Analytics, Jeemin Bang. (Chatarina Ivanka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yustinus Andri DP
Terkini