Resesi Jepang dan Inggris, Pengusaha Beri Usul Redam Dampak ke RI

Bisnis.com,19 Feb 2024, 17:00 WIB
Penulis: Dwi Rachmawati
Ilustrasi resesi ekonomi/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -  Sejumlah negara mitra dagang Indonesia seperti Jepang dan Inggris mengalami perlambatan ekonomi hingga resesi. Pengusaha ingatkan antisipasi dampaknya terhadap ekonomi RI.

Sebagaimana diketahui Jepang dan Inggris resmi dinyatakan dalam status resesi. Di saat bersamaan, China yang selama ini sebagai penopang ekspor dan investasi Indonesia pun diramal terus mengalami perlambatan ekonomi dalam 4 tahun mendatang.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Aprindo), Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, dampak resesi dan pelemahan ekonomi negara mitra dagang bergantung pada skala aktivitas ekonomi bilateral dan ketahanan ekonomi domestik.

"Selama Indonesia responsif dan terus fokus terhadap upaya-upaya mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan kinerja ekonomi nasional maka efek negatif dari resesi bisa dengan mudah dibendung," ujar Shinta saat dihubungi, Senin (19/2/2024).

Di sisi lain, menurut Shinta, transisi politik Indonesia yang mulus juga menjadi penting untuk mencegah dampak yang lebih buruk. Musababnya, transisi kepemimpinan yang mulus bakal mempercepat recovery terhadap persepsi ketidakpastian iklim Usaha maupun investasi di Indonesia.

Shinta mengusulkan agar pemerintah bisa fokus pada penciptaan stabilitas makro ekonomi yang baik saat ini. Lebih lanjut, stimulasi dibutuhkan untuk menggenjot kinerja atau produktivitas usaha, khususnya mendongkrak ekspor ke negara-negara pasar tradisional maupun no tradisional.

Dia juga berharap agar pemerintah bisa fokus pada reformasi struktural lanjutan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing iklim usaha ekonomi nasional.

"Bila semua ini bisa dilakukan, efek resesi Jepang dan Inggris terhadap penerimaan ekspor dan investasi bisa lebih dikendalikan karena bisa dikompensasi dari aktivitas ekonomi lainnya yang produktif," ucapnya.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Kamis (15/2/2024), perekonomian Jepang telah tergelincir ke dalam jurang resesi sehingga membuat negara tersebut terlempar dari ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Kantor Kabinet Jepang pada Kamis (15/2/2024) melaporkan produk domestik bruto (PDB) secara tahunan telah berkontraksi sebesar 0,4% pada kuartal IV/2023, setelah revisi penurunan sebesar 3,3% pada kuartal sebelumnya. Adapun, hal ini dinilai tak terduga.

Hanya satu dari 34 ekonom yang disurvei yang menunjukkan adanya kontraksi pada kuartal tersebut, dengan konsensus pertumbuhan sebesar 1,1%. Setelah laporan tersebut dirilis, pasar memperkirakan sekitar 63% kemungkinan Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga hingga April 2024, turun dari 73% pada hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini